Rabu, 08 Oktober 2014

Nothing can be done other than the patient, sincere and strong
Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki bukan dari kaki untuk dialasi dan bukan dari kepala untuk dijunjung tetapi dekat dengan lengan untuk di lindungi dan dekat dengan hati untuk di cintai....
Cinta itu tak memandang harta, tak memandang kekayaan, tak memandang status ataupun tak memandang martabat... karena cinta itu berasal dari hati yang paling dalam yang memberikan ketulusan dan keikhlasan dalam memberikan kasih dan cinta kepada seseorang..... Cinta tulus itu pasti datangnya dari hati bukan dari mulut ataupun mata karena hati lah yang paling sensif dari segala hal.

Senin, 01 September 2014

Hati seorang perempuan itu sangat lembut membuatnya gampang merasakan sakit yang amat dalam ketika seorang lelaki menyakitinya

Selasa, 08 April 2014

Tuhan, Lepaskan Aku Dari Penyakit Ini




TUHAN, LEPASKAN AKU DARI PENYAKIT INI

            Di suatu sore yang ceria ada seorang anak perempuan sedang menikmati indahnya taman kota, dia duduk di salah satu bangku taman yang terletak dekat dari air mancur yang terdapat di taman tersebut. Tidak biasanya dia duduk sendiri di taman kota biasanya dia di temani oleh seorang sahabat yang selalu ada untuknya sejak mereka duduk di bangku SD tapi entah kenapa pada sore hari ini gadis ini hanya sendiri menikmati indahnya taman kota, tiba-tiba ada seseorang yang mengangetkan dia “Kok sendirian” kata gadis yang mengangetkan dia “Kamu dari mana aja Dinda” kata gadis yang dari tadi duduk di bangku taman dan ternyata yang mengangetkan dia tadi adalah Dinda, sahabatnya dari kecil “Maaf, aku telat Angel” kata Dinda merasa bersalah. Dari sejak jam 3 siang Angel menunggu Dinda karena mereka berdua janjian ingin menikmati indahnya taman kota saat sore tapi sayangnya Dinda telat datang, “Kamu tau gak aku udah nunggu di sini 2 jam lebih” kata Angel kesal “Maaf tadi aku bantu mama dulu soalnya mama punya banyak kerjaan dan kasihan kalau aku gak bantuin dia” kata Dinda sambil menunduk tak ingin melihat wajah Angel yang sedang marah “Kalau begitu hubungi aku kalau kamu telat datangnya biar aku gak nunggu lama kayak tadi” kata Angel dengan nada tinggi dam sambil berdiri dan berlalu meninggalkan Dinda sendiri duduk di bangku taman “Ini salahku, mengapa aku memank tadi tak menghubungi Angel” kata Dinda dengan nada menyesal. Tak lama tiba – tiba ada orang yang menyodorkan es krim coklat di hadapan Dinda, Dindapun menegok ke atas untuk melihat orangnya dan ternyata itu Angel “Angel” kata Dinda kaget “Iya, emang salah gitu aku kasih kamu es krim ?” kata Angel “Emang kamu gak marah sama aku” kata Dinda bingung “Aduh,, ambil dulu nih es krim baru aku ceritakan soalnya tanganku kedinginan” kata Angel kesel “Iya, maaf” kata Dinda menunjukkan senyumnya “Gini, sebenarnya aku gak marah sama kamu, buat apa juga aku marah dengan sahabatku yang satu ini” kata Angel sambil merangkul sahabatnya “Aku kira kamu marah sama aku” kata Dinda sambil mensantap es krimnya “Buat apa aku marah, hanya karena kamu telat, kan itu udah kebiasaan kamu” kata Angel tersenyum kepada Dinda “Iya, maaf dan makasih ya” kata Dinda “Iya, sama-sama” kata Angel sambil menatap sahabatnya. Waktu sudah menunjukkan 19.00 WIB dan sekarang waktunya mereka kembali ke rumah masing – masing, Angel pulang dengan di jemput oleh sopir pribadinya dan begitu pula dengan Dinda, sekarang mereka duduk di bangku SMP kelas 9, mereka bersekolah di SMP 01 Jakarta Timur. Sesampai di rumah Angel tak mendapatkan siapa – siapa di rumah, rumah tampak sepi dan dia hanya menemukan Bi Sum di dapur yang sedang mempersiapkan makan malam “Bi, mama dan papa mana ?” tanya Angel kepada Bi Sum “Belum pulang non” kata Bi Sum kepada Angel, Angel hanya menanggapi jawaban Bi Sum dengan anggukan “Kalau begitu aku naik ke kamar dulu Bi” kata Angel sambil berlalu meninggalkan Bi Sum, Angel menaiki anak tangga satu persatu dengan lemas dan lelah sampai akhirnya dia sampai di depan kamarnya dan membuka pintu kamar, di dalam kamar Angel langsung melentangkan dirinya di atas kasur yang mengitu nyaman baginya sambil menatap langit – langit kamarnya, tiba – tiba telpon yang berada di meja kecil dengan ranjangnya bergetar menandakan ada pesan masuk dan entah dari siapa, dengan malas Angel membuka pesan tersebut dan membaca isi dari pesan itu dan ternyata pesan tersebut dari mamanya yang mengatakan bahwa dia tidak pulang malam ini di sebabkan ada kerjaan kantor yang menyebabkan dia harus lembur. Angel menatap jam dinding yang berada di kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 dengan segera Angel memasuki kamar mandi, siapa tau dengan dia menyegarkan tubuhnya otaknya dan pikirannya ikut segar, beberapa menit Angel keluar dari kamar mandi dan duduk di meja belajarnya yang terletak dekat dengan jendela kamarny. Angel menatap keluar jendela, suasana di luar begitu cerah, langit malam di penuhi dengan bintang – bintang dan sebuah bulan yang berbentuk sabit. Sesekali Angel mengotak-atik Hpnya yang berisi penuh dengan fotonya bersama sahabatnya dan keluarganya, Angel memperbesar salah satu foto yang berada di layar Hpnya yaitu foto antara dia, mama dan papanya, tiba – tiba sebuah tetesan air mengalir di pipinya yang berasal dari pelupuk matanya, Angel menangis ketika mengingat di mana saat dia bisa berkumpul dengan kedua orang tuanya tapi pada saat ini dia tidak bisa berkumpul dengan orang tuanya karena saat ini keduanya lebih sibuk dengan kerjaannya dan melupakan sosok anak yang selama ini menunggunya untuk kembali berkumpul dengannya tapi semua itu sudah luntur, semenjak saat kedua orang tuanya lebih sibuk dengan pekerjaannya Angel lebih sering menghabisi waktunya di kamar atau tidak di taman kota bersama sahabat yang setia selalu ada untuknya di banding dengan orang tuanya yang lebih mementingkan pekerjaannya daripada sosok anaknya. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB ini saatnya orang – orang untuk beristirahat tapi tidak untuk Angel, gadis ini masih duduk terpaku di meja belajarnya dengan kegiatan yang masih sama dia lakukan sejak tadi, tak henti – hentinya gadis ini menatap layar Hpnya yang penuh dengan kenangan yang Angel harapkan dapat terulang lagi di masa ini tapi jika di lihat kondisinya kenangan itu tak dapat lagi terulang, Angel berharap dia bisa memutar waktu dan dapat berkumpul dengan kedua orang tuanya seperti dulu. Waktu terus berjalan dan sekarang sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB tapi Angel tetap belum berpindah kegiatan, gadis ini tak sekalipun dia meninggalkan tempatnya meski matanya ingin sekali beristirahat sejenak untuk menghilangkan semua pikirannya tapi Angel masih bersih keras untuk tetap menatap layar Hpnya.
            Angel terbangun karena cahaya matahari masuk di kamarnya melalui celah gorden, tadi malam Angel tertidur ketika dia sedang memandang kenangan dulunya bersama kedua orang tuanya, Jam dinding di kamar Angel sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, dengan langkah yang kurang semangat Angel melangkah memasuki kamar mandi dan siap – siap berangkat ke sekolah. Setelah beberapa menit gadis ini berdanda dengan begitu angunnya menatap dirinya di depan cermin dan siap memulai hari ini dengan senyum, Angel turun dari atas menuju ke lantai bawah dan menyapa Bi Sum “Selamat Pagi Bi” kata Angel dengan riang, Bi Sum hanya menjawab dengan tersenyum, Angel keluar dan bersiap masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju ke sekolah, selama perjalanan Angel hanya asik mendengar musik melalu hedset yang dia kenakan di kedua telinganya sampai akhirnya dia sampai di depan pintu gerbang sekolahnya, dengan asiknya gadis ini jalan menelusuri koridor yang sudah mulai ramai dengan hedset yang masih setia terpasang di kedua telinga gadis cantik ini, saking asiknya tidak sengaja Angel menambrak seorang cowo “Maaf, saya tidak sengaja” kata Angel meminta maaf kepada cowo yang berada di depanya “Tidak papa, saya baik – baik saja” kata Cowo tersebut “Kamu baik – baik saja” kata Angel kembali meminta maaf kepada cowo tersebut “Iya” kata cowo tersebut dengan singat dan tersenyum kepad Angel “Kalau begitu aku duluan ya” kata Angel berlalu dari hadapan cowo tersebut, setelah beberapa langkah meninggalkan cowo tersebut Angel kembali memasang hedset yang sempat terlepas dari kedua telinganya, tepat bel masuk berdering dengan nyaring ketika Angel menapakan kakinya di ambang pintu kelas, Angel melepas hetsed yang tadi terkena dan melangkah menuju bangkunya yang berada di samping bangku Dinda dan terlihat dari ambang pintu bahwa pemilik bangku tersebut sedang menunggu Angel. “Hy Angel” kata Dinda menyapa Angel, Angel hanya tersenyum dan langsung duduk di bangkunya. Sambil menunggu guru datang seperti biasa Angel memasang hetsed sambil menggambar desain – desain baju, semenjak kelas 6 SD Angel mulai menyukai menggambar desain – desain baju dan gadis ini bercita – cita menjadi Desayner. Terdengar suara langkah kaki dan sepertinya itu suara langkah seorang guru yang sedang menuju kelas Angel tapi langkah yang terdengar bukan seperti langkah seorang saja tapi seperti langkah 2 atau 3 orang,  ketika di ambang pintu terlihat seorang guru dengan badan yang cukup berisi berdiri di ambang pintu dengan beberapa tumpukan buku yang sedang dia genggam, mungkin buku – buku itu yang akan dia pelajari sebentar. Ketika guru itu masuk ke dalam kelas ada seorang cowo mengekor di belakangnya, “Selamat pagi anak – anak” kata guru yang berada di depan kelas “Pagi bu” kata siswa siswi yang berada di kelas “Pada hari ini kita kedatangan seorang murid baru, perkenalkan namamu nak” kata guru tersebut “Perkenalkan nama saya Rangga, saya berasal dari Surabaya” kata cowo yang bernama Rangga itu memperkenalkan dirinya kepada seisi kelas “Kalau begitu kamu boleh duduk di bangku kosong” kata seorang guru tersebut mempersilahkan Rangga untuk duduk, Rangga melangkah menuju bangku yang terlihat kosong, “Baik anak – anak sekarang kita mulai pelajaran” kata guru tersebut sambil membolak – balik lembaran buku yang sedang dia pegang. Beberapa saat kemudian bel tanda istirahat tersengar nyaring itu membuat seluruh siswa seisi sekolah berteriak dengan girang “Anak – anak sampai di sini dulu pelajaran, nanti lain waktu kita lanjut” kata Guru itu sambil merapikan buku – bukunya dan berlalu dari dalam kelas, “Akhirnya selesai juga pelajaran biologi” kata Dinda dan ternyata tadi adalah pelajaran Biologi, pelajaran yang membosankan bagi murid di kelas Angel “Iya, ini yang dari tadi aku tunggu soalnya bosan dengan pelajaran biologi” kata Angel sambil merapikan bukunya “Kamu sudah selesai rapikan buku kamu” kata Dinda bangkit dari bangkunya “Sedikit lagi, kamu duluan aja ke kantin” kata Angel sambil memasukkan buku – buku di dalam tasnya “Ok, aku tunggu di kantin ya” kata Dinda berlalu dari hadapan Angel, Tak lama Dinda meninggalkan Angel, Angel bangkit dari bangkunya dan pergi menyusul Dinda tapi tak lupa hetsed terpasang di kedua telinga gadis ini.
            Bel terdengar begitu indah menandakan saatnya seluruh siswa siswi kembali ke rumah masing – masing. “Sampai di sini dulu pelajaran kita anak – anak, nanti lain waktu kita lanjut” kata guru dengan postur tubuh yang sangat ideal “Iya bu” kata anak – anak, setelah guru keluar dari kelas bersamaan pula siswa siswi berhamburan keluar kelas, seperti biasa Angel memasang hetsed ke kedua telinga mungilnya itu, dengan asiknya Angel mendengarkan lagu tanpa dia sadari dia menabrak seorang cowo yang juga sedang asik membaca buku “Maaf saya tidak sengaja” kata Angel sambil melepaskan kedua hetsed dari telinganya “Tidak papa, bukan kamu yang salah tapi aku yang salah” kata cowo itu sambil mengambil buku yang jatuh di lantai “Rangga” kata Angel ketika mengetahui bahwa orang yang dia tabrak adalah murid baru di kelasnya, siapa lagi kalau bukan Rangga “Kamu yang duduk di samping kanan aku kan” kata Rangga untuk menyakinkan “Iya, kenalin aku Angel” kata Angel memperkenalkan dirinya “Iya, aku Rangga, senang berkenalan denganmu” kata Rangga sambil tersenyum kepada Angel “Maaf tadi aku tidak sengaja” kata Angel kembali meminta maaf “Tidak papa, oh iya aku duluan ya” kata Rangga terburu – buru meninggalkan Angel, “Hei” kata Dinda mengagetkan Angel dari belakang “Kamu bukan kaget aja” kata Angel sambil memegang dadanya “Maaf” kata Dinda sambil tersenyum “Iya” kata Angel kembali memasang hetsed di kedua telinganya “Itu tadi siapa, sepeti aku kenal” kata Dinda penasaran “Oh itu tadi Rangga, anak baru di kelas kita” kata Angel “Ohh, dia ganteng juga ya” kata Dinda senyum – senyum tidak jelas “Iihh... siapa yang bilang dia ganteng” kata Angel sambil mengerutkan dahinya “Aku tadi yang bilang” kata Dinda sambil menunjuk dirinya “Dia ganteng dari mana ?” kata Angel sambil memperlihatkan wajah bingungnya “Aduh Angel, masa sih kamu tidak lihat kegantengan dia” kata Dinda “Enggak” kata Angel dengan singkat “iihh... awas ya kalau kamu sampai naksir dengan dia” kata Dinda geram “I up to you” kata Angel sambil berlalu dari hadapan Dinda, “Iiihh... Angel kebiasaan ninggalin aku” kata Dinda berjalan mendekati Angel. Cuaca saat ini tak seperti biasanya, hujan memenuhi perjalanan Angel pulang ke rumah, dengan malasnya selama perjalanan pulang Angel hanya dengan asik mendengarkan lagu lewat hetsed, bersamaan dengan sampainya Angel di rumah begitu pula dengan sampainya kedua orang tuanya, “Angel sayang, baru pulang ya nak” kata Mama sambil membelai rambut anak gadisnya “Aku kira mama sudah lupa kalau mama punya anak di rumah” kata Angel dengan cuek “Masa mama lupa dengan kamu nak” kata Mama “Soalnya mama hanya memperhatikan kerjaan mama dan sudah lupa dengan Angel, ma” kata Angel berlari masuk rumah dan menuju kamarnya “Sayang, dengarkan penjelasan mama” kata Mama yang tak di respon oleh anak gadisnya “Sabar ma” kata Papa menenangkan istrinya. “Aku benci mama, aku benci papa, aku benci semua” kata Angel melempar bonekanya ke foto yang terpanpang di dinding kamarnya dan menyebabkan foto tersebut jatuh dan pecahan belingnya berhamburan dimana – mana, “Mama lebih milih kerjaan daripada aku, begitu pula dengan papa” kata Angel memukul – mukul bantal yang ada di hadapannya, Tiba – tiba HP milik Angel bergetar menandakan ada pesan masuk dan itu dari Dinda yang berisi ingin mengajak Angel menikmati indahnya taman kota di sore hari.
            Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 dan Angel baru siap – siap untuk berangkat menuju taman kota, kali ini dia tak ingin menunggu lama maka sebabnya dia datang agak telat. Ketika menuruni anak tangga Angel melihat mamanya keluar dari kamarnya, tanpa Angel perdulikan gadis ini tetap saja berjalan tanpa memperhatikan mamanya “Sayang, kamau mau kemana rapi banget ?” kata mama ketika melihat ank gadisnya hendak membuka pintu luar “Aku kira mam tidak perduli dengan aku” kata Angel cuek “Mama perduli sama kamu sayang” kata Mama memegang tangan anaknya “Siapa bilang mama peduli sama aku, kalau mama peduli pasti mama luangkan waktu mama untuk aku dan tinggalkan pekerjaan tapi apa ma, mama lebih mentingi pekerjaan daripada anak mama sendiri yang selalu menunggu mama untuk kembali berkumpul kayak dulu ma” kata Angel dengan tegas “Tapi mama bekerja untuk kamu sayang” kata Mama yang setia memegang tangan anaknya “Aku capek dengar kata – kata mama yang selalu bilang mama bekerja untuk aku” kata Angel sambil menepis tangan mamanya dan berlalu dari hadapan mamanya, “Pak, kita pergi ke tempat biasa” kata Angel sambil membuka pintu mobil dan berangkat menuju taman kota, selama perjalanan Angel hanya menatap di luar jendela dengan penuh kesal kepada mamanya yang lebih mentingi pekerjaannya. “Non, sudah sampai” kata Pak supir yang mengantar Angel, Angel terkaget dari lamungannya ketika mendengar suara tersebut, “Oh iya pak, makasih pak” kata Angel beranjak keluar mobil, Angel berharap dia tak lama menunggu karena dia malas haru menunggu sendiri di taman kota dan ternyata tebakannya salah, Dinda sudah duduk dengan santai di bangku dimana mereka sering menikmati indahnya sore hari di taman kota, “Maaf aku telat” kata Angel langsung duduk di sebelah Dinda “Barusan banget kamu telat” kata Dinda mencoba menggoda dan menghilangkan mood Angel yang terlihat dari wajahnya “Aku malas bercanda Din” kata Angel cuek “Oh iya, sepertinya tidak dech” kata Dinda mencoba menggoda “Dinda, aku malas bercanda” kata Angel kesal “Kalau malas ya rajinin aja, kok susah banget” kata Dinda “Ahh... aku malas Din” kata Angel beranjak dari bangku yang mereka duduki “Ets... jangan pergi donk” kata Dinda menarik tangan Angel “Kalau punya masalah cerita, jangan di pendam” kata Dinda mencoba membujuk sahabatnya, Angel tak merespon dia menepis dengan lembut tangan Dinda dan pergi meninggalkan Dinda sendiri di bangku taman “Tuh... kebiasaan ninggalin sahabatnya” kata Dinda kesal. Angel berjalan meninggalkan taman kota tanpa mengetahui kearah mana dia harus pergi, gadis ini hanya mengikuti langkah kakinya kemana akan dia di bawa. Kali ini gadis yang satu ini menabrak lagi seorang cowo, “Angel” kata Rangga kaget “Rangga, kok kamu ada di sini ?” kata Angel heran “Aku lagi jalan – jalan sore, ingin coba nikmati sore hari di jakarta” kata Rangga menjelaskan “Oh” kata Angel singkat “Kalau kamu sendiri ngapain di sini” kata Rangga kembali bertanya “Aku pusing mau kemana” kata Angel bingung “Kamu kenapa ? Ada masalah ? kalau ada kamu boleh cerita, aku siap dengerin” kata Rangga mencoba menawarkan “Tidak usah” kata Angel berlalu dari hadapan Rangga “Kamu jangan begitu” kata Rangga mencoba mencegah Angel, Angel menatap tangan yang menggenggam tangannya saat ini sedangkan Rangga menatap Angel dalam – dalam, saat ini tatapan mereka bertemu dalam satu titik, mereka sedang mencari – cari arti apa yang sedang mereka rasakan, sedangkan Dinda sedang mecari – cari di mana perginya Angel dan ketika di melihat di depan sebuah cafe terdapat dua orang yang berlawanan jenis sedang bermesraan dan kemungkinan Dinda mengenali mereka, Dinda mencoba lebih dekat untuk melihat siapa dua orang yang berada di sebrang dan ternyata Angel bersama dengan Rangga, entah perasaan apa yang saat ini Dinda rasakan ketika melihat keduanya berpegangan tangan, seorang sahabat mendekati cowo yang mulai Dinda jatuh cinta padanya tapi bagi Dinda itu tak salah tapi itu salah ketika Dinda mengingat dimana Angel mengakui bahwa Rangga tak ganteng dan dia sendiri mengatakan bahwa dia tak akan pernah jatuh cinta pada Rangga tapi kenyataan berbeda, Angel mengingkari perkataanya sendiri, itu yang membuat Dinda terasa sakit tapi Dinda sadar bahwa pasti ada alasan mengapa kejadian ini terjadi, Dinda pun bertekad hendak menghampiri mereka berdua “Hmm” kata Dinda mengagetkan mereka berdua “Maaf” kata Rangga melepaskan genggamannya dari tangan Angel “Iya, tidak papa” kata Angel tertunduk “Aku cari kamu kemana – mana ternyata kamu ada di sini Angel” kata Dinda “Hmm... Aku duluan ya, soalnya sudah mau malam” kata Angel tapi langkah Angel kembali terhenti akibat genggaman itu kembali “Biar aku antar” kata Rangga mencoba menawarkan “Tidak usah” kata Angel menolak dengan lembut, entah perasaan apa yang saat ini Dinda rasakan ketika melihat tangan Rangga menggenggam tangan Angel, apa benar Dinda jatuh cinta pada pandang pertama kepada Rangga “Maaf Rangga, aku harus pulang” kata Angel mengingatkan “Biar aku antar” kata Rangga kembali mencoba menawarkan “Tidak usah aku sudah di jemput” kata Angel menepis lembut tangan Rangga dan meninggalkan mereka berdua, “Hmm... aku duluan ya Din” kata Rangga berlalu dari hadapan Dinda meski belum di respon oleh Dinda “Mengapa sikapmu berbeda antara kau perlakukan aku dan Angel ?” kata Dinda bertanya – tanya pada dirinya dan tanda di ketahui tetesan air sudah membasahi pipi manis Dinda. Selama perjalanan Rangga bertanya – tanya pada dirinya “Apa maksud dari semua yang aku rasakan pada Angel ?” tanya Rangga pada dirinya “Apa benar aku jatuh cinta padanya ?” kata Rangga tampak bingung “Tapi memang Angel cantik, imut, baik, cuek” kata Rangga menilai Angel “Semua sikap Angel hampir sepenuhnya sikap cewe yang aku harapkan” Kata Rangga tampak senyum – senyum sendiri, di sisi lain Angel pun sama dengan Rangga sedang bertanya – tanya pada dirinya “Tadi apa yang aku rasakan ?” kata Angel “Apa itu cinta ?” kata Angel penuh tanda tanya sampai gadis ini tak menyadari bahwa dia sudah memasuki halaman rumahnya “Non sudah sampai” kata Pak supir “Oh iya pak” kata Angel membuka pintu mobil dengan nada lemas, Angel memasuki rumah dengan langkah yang begitu lemah dan lemas, gadis ini menaiki tangga dengan lemas tanpa gairah. Angel memasuki kamar dan mehempaskan dirinya di atas kasur dan memasuki alam bawah sadarnya. Sedangkan gadis yang satu ini lebih memilih menikmati angin malam di teras kamarnya dan juga bertanya pada dirinya yang entah akan terjawab atau tidak, “Apa tadi aku cemburu pada Angel ?” kata Dinda bingung “Tapi Angel sahabatku” kata Dinda dan masih banyak pertanyaan yang di tanyakan Dinda yang entah akan terjawab dan jika ternjawab akan di jawab oleh siapa, “Kamu belum tidur Din” kata seorang perempuan yang lebih tua di atas Dinda “Belum Bun” kata Dinda yang memanggil perempuan itu dengan sebutan bunda, Dinda hidup dengan Bundanya dan Ayahnya sudah meninggal ketika Dinda duduk di bangkus SD kelas 4 ketika kecelakaan pesawat, dan sekarang Dinda hanya memiliki seorang Bunda yang selalu ada untuk Dinda, meski sesibuk apapun dia, perempuan ini selalu mengingat anaknya dan memberi waktu untuk berkumpul dengannya karena sisa Dindalah satu – satunya putri yang dia miliki. “Kamu kenapa belum tidur sayang, kan udah malam” kata Bunda memeluk anaknya dari belakang “Aku masih bingung Bun” kata Dinda penuh kejujuran “Bingung karena apa sayang ?” kata Bunda bingung dengan putrinya, Dinda tersadar bahwa dia sudah keceplosan kepada Bundanya “Bingung,,.,, bingung karena banyak tugas Bun” kata Dinda berbohong kepada Bundanya “Beneran sayang ? Bunda tidak sedang mendengar kebohongan gadis kecil bundakan ??” kata Bunda menyakinkan kepada anaknya “Yakin Bun, masa aku bohong sama bunda” kata Dinda mencoba menutupi kebohongannya tapi Bundanya tau bahwa gadis kecilnya sedang berbohong meski Dinda menutupinya, “Kalau begitu kamu tidur aja sayang, biar besok bangun pagi penuh dengan semangat” kata Bunda memberi saran kepada putrinya, Bunda meninggalkan anaknya dan Dinda bersiap – siap untuk merebahkan dirinya di atas kasur, seperti biasa sebelum Dinda terlelap pasti gadis ini selalu memandang terlebih dahulu foto ayahnya yang sudah tak lagi bersamanya.
            Suasana pagi yang tak seperti biasanya, hawa dingin membuat para penduduk kota Jakarta bermalas – malasan meski ini masih hari kerja terutama gadis yang satu ini, keadaanya seperti kurang enak badan, tubuhnya menggigil, kepalanya pusing dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 dan 30 menit lagi bel sekolah berbunyi tapi gadis ini masih belum beranjak dari tempat tidurnya, gadis ini masih setia dengan selimut hangat yang menghangatkan tubuhnya yang menggigil, terdengar ketukan pintu kamar Angel tapi tak ada yang membukakan, Bi Sum pun dengan berani membuka untuk mengingatkan waktunya Angel sekolah karena tak biasa Angel telat, “Non, udah pagi” kata Bi Sum ketika memasuki kamar gadis kecil ini yang cukup berantakan, pecahan beling dimana – mana, buku – buku terhambur di lantai, “Non....” kata Bi Sum menggerakkan tubuh Angel, Bi Sum membuka selimut yang di kenakan Angel dan terlihat gadis ini sedang menggigil dan muka yang begitu pucat, “Astaga non sakit” kata Bi Sum kaget dengan segera Bi Sum turun menghubungi mama dan papa Angel, “Nyonya...” kata Bi Sum mengetuk pintu kamar orang tua Angel dan beberapa lama pintu terbuka “Ada apa Bi ?” kata mamanya Angel “anu nyonya, non Angel” kata Bi Sum terbata – bata “Angel kenapa Bi ?” kata Mama yang terlihat khawatir “non Angel sakit nyonya, tubuhnya menggigil dan mukanya terihat pucat”’ kata Bi Sum menjelaskan “Kalau begitu saya siap – siap dulu Bi, saya akan membawa Angel ke dokter” kata Mama dan menutup kembali pintu kamar, beberapa menit kedua orang tua Angel membawa Angel ke rumah sakit. Bel sekolah sudah berbunyi tapi gadis yang menempati bangku di samping kirinya belum datang membuat dirinya khawatir “Ada apa dengan Angel, tak biasanya dia telat” kata Dinda yang terlihat kebingungan ketika mendapati bangku di sampingnya belum datang, terdengar langkah seorang guru berkacamata memasuki kelas menandakan mata pelajaran akan di mulai tapi Angel belum datang membuat Dinda khawatir sentengah keliling.
            Keadaan Angel belum membaik, dokter masih memeriksa apa yang terjadi pada gadis ini sedangkan kedua orang tuanya sedang menunggu di ruang tunggu, beberapa lama kemudian dokter keluar dari kamar pasien Angel “Bagaimana keadaan anak saya dok ?” kata papa Angel “Apa anda berdua orang tua dari Angel ?” kata Dokter berbalik bertanya “Iya dok, kami orang tua Angel, bagaimana keadaan putri saya dok ?” kata mama Angel mengulang pertanyaan dari papa Angel tadi “Lebih baik kita bicara di ruangan saya” kata Dokter sambil berjalan menuju ruangannya dan di belakangnya sudah ada orang tua Angel mengikutinya. “Begini pak dan bu, anak ada memiliki penyakit yang mungkin cukup serius” kata Dokter ketika melihat kertas yang berisi hasil tes darah Angel “Penyakit apa dok ?” kata mama Angel bertanya pada dokter “Kanker Otak bu” kata Dokter dengan susah payah untuk mengabari bahwa Angel mengidam penyakit Kanker Otak “Separah itu kah dok ?” kata Papa Angel “Iya pak, kanker otak stadium terakhir” kata Dokter “Tidak mungkin putri saya mengidam penyakit separah itu dok, dia kelihatan baik – baik saja di beberapa hari ini” kata Mama Angel yang tak percaya dengan keadaan putrinya “Tapi hasil Lab mengatakan bahwa Angel mengidam penyakit itu bu dan hasil Lab tak pernah salah” kata Dokter menjelaskan, dengan pasrah kedua orang tua Angel keluar dari ruangan dokter dan berjalan menuju kamar pasien Angel. Ketika sampai di ambang pintu kamar Angel orang tuanya sempat berbincang sedikit “Angel tak boleh tau kalau dia mengidam penyakit kanker otsk stadium akhir” kata Papa Angel, tiba – tiba terdengan suara yang cukup terbata – bata dia ucapkan “Aku mengidam penyaki kanker otak stadium akhir” kata Angel kaget dan itu juga membuat kedua orang tuanya tersadar bahwa Angel mendengar percakapan mereka, dengan segera mama dan papa Angel mendekati ranjang Angel “Tidak sayang, kamu baik – baik saja” kata mama sambil menutupi kesedihannya “Iya sayang, kamu cuman kecapean” kata Papa Angel sambil mengelus – elus rambut putri satu – satunya “Mama dan papa tidak usah bohong, Angel harus tau kalau memang Angel mengidam penyakit itu” kata Angel, sebenarnya Angel tau bahwa kedua orang tuanya berbohong tapi kebohongan itu tak dapat di tutupi dari mata yang begitu sedih “Papa dan mama tidak bohong sayang” kata Papa mencoba menyakinkan Angel “Angel akan benci papa dan mama kalau papa dan mama berbohong dengan Angel” kata Angel “Papa dan mama tidak bohong sayang” kata Papa tetap berusaha menyakinkan putrinya “Angel tau mama dan papa bohong” kata Angel, bulir – bulir air yang berada di pelupuk mata tak lagi dapat di tahan membuat air tersebut mengalir di pipi mama Angel, “Iya sayang, kamu mengidam penyakit itu” kata Mama Angel sambil memeluk anaknya yang terbaring “Aku sakit kanker otak” kata Angel yang tak tahan ingin ikut menangis “Sabar ya sayang, papa dan mama janji akan mengobati kamu sampai sembuh” kata Papa Angel mencoba menyemangatkan putrinya “Mama dan papa aku mau minta tolong, hanya kita saja bertiga yang tau kalau aku mengidam penyakit serius ini” kata Angel meminta kepada kedua orang tuanya “Iya sayang” kata Mama Angel sambil mencium kening anaknya.


            Sudah 3 hari Angel di rawat di rumah sakit, selama 3 hari itu Angel harus melewati hari – harinya dengan kemo terapi, obat – obatan dll dan hari ini di mana Angel di perbolehkan untuk pulang ke rumah tapi meski di izinkan pulang Angel tetap harus melakukan kemo terapi 3 kali seminggu dan jangan lupa meminum obat yang di berikan oleh dokter. “Aduh Angel, rambut kamu berantakan sayang” kata Mama sambil mengambil sisir dan menrapikan rambut putrinya, ketika hendak merapikan, rambut Angel rontok begitu banyak “Ma, rambut aku rontok banyak banget” kata Angel sedih “Sayang, sabar ya ini salah satu efek samping dari kemo terapi sayang” kata Mama ikut sedih dan memeluk anaknya “Jadi nanti aku botak donk ma” kata Angel “Nanti Angel pakai wig saja ya sayang” kata Mama mencoba menghibur putrinya “Ya sudah kita rapikan barang terus kita pulang, kasihan papa sudah menunggu di luar” kata Mama melepas pelukan dan kembali membereskan barang – barang. Selama perjalanan Angel hanya menatap di luar kaca jendela mobil dan sesekali menghelai rambutnya yang mulai berguguran sedikit demi sedikt, tiba – tiba HP Angel berbunyi membuatnya terkaget dari lamungannya “Halo” kata orang yang berada di sebrang sana “Iya, ada apa Din” kata Angel dan ternyata yang menelpon adalah sahabatnya “Kamu baik – baik sajakan ?” kata Dinda yang belum tau keadaan sahabatnya “Maaf ya, selama 3 hari ini aku di rawat di rumah sakit tapi aku baik – baik saja kok dan sekarang aku sudah pulang” kata Angel mencoba menjelaskan “OK, kalau begitu aku jenguk kamu di rumah saja ya” kata Dinda “Iya” kata Angel singkat “Ya sudah aku siap – siap dulu ya” kata Dinda, belum sempat Angel menjawabnya sambungan telpon telah terputus. Angel sampai di rumah dengan di sambut senang oleh Bi Sum “Selamat datang non” kata Bi Sum dengan senang “Iya Bi” kata Angel memeluk Bi Sum “Ya sudah kamu ke kamar ya sayang, istirahat yang banyak” kata Mama “Iya ma” kata Angel mulai menaiki anaik tangga dengan di bantu oleh Bi Sum, sesampai di depan pintu kamar Angel membuka pintu dengan perlahan dan di lihatnya kamar yang begitu rapi dan bersih “Wah, rapi banget” kata Angel kagum “Iya non, pas Bi Sum tau non akan pulang hari ini jadi Bi Sum bersihkan kamar non” kata Bi Sum menjelaskan “Makasih ya Bi” kata Angel kembali memeluk Bi Sum, ketika Bi Sum membelai rambut Angel terlihat rambut Angel berguguran “Non” kata Bi Sum kaget  “Iya, ada apa Bi ?” kata Angel melepaskan pelukannya “Rambut non rontak ya” kata Bi Sum bingung “hmmm....”  kata Angel bingung mau berkata apa “Non jawab donk” kata Bi Sum penasaran “Iya Bi, mungkin aku salah pakai sampo jadi rontok, oh iya aku masuk kamar dulu ya Bi, aku mau istirahat” kata Angel memasuki kamarnya dan menutup kembali kamarnya.
            Tedengar klakson mobil dari bawah dengan segera Angel mengintip dari jendela kamarnya, terlihat dua orang yang berlawanan jenis turun dari mobil dan Angel seperti mengenal kedua orang yang hendak memasuki halaman rumah tapi Angel tak peduli, gadis ini hanya langsung kembali berbaring di atas kasur yang begitu nyaman untuk di tempati beristirahat. Terdengar ketukan pintu utama dengan tergesa – gesa Bi Sum membuka pintu dan terlihat dua orang yang berlawanan jenis berada di balik pintu tersebut “Non Dinda” kata Bi Sum ketika mengenali Dinda dan entah siapa yang berada di sampingnya “Bi, Angel ada ?” kata Dinda bertanya keberadaan sahabatnya “Ada non, silahkan masuk non” kata Bi Sum mempersilahkan masuk dan duduk di sofa untuk menunggu, “Non Angel” kata Bi Sum mengetuk pintu kamar Angel “Ada apa Bi” kata Angel berteriak dari dalam kamarnya “Ada non Dinda menunggu di bawah non” kata Bi Sum memberi tahukan “Oh iya suruh tunggu sebentar Bi” kata Angel beranjak dari tempat tidurnya. Bi Sum turun ke lantai bawah “Non Dinda, kata Non Angel tunggu sebentar” kata Bi Sum “Iya Bi” kata Dinda “Kalau begitu Bibi ke dapur dulu buatin minum” kata Bi Sum berpamit untuk ke dapur, tidak lama terdengar langkah yang berasal dari tangga rumah dan terlihat gadis memakai baju kaos berwarna merah muda dengan di lengkapi celana pendek jeans dan juga penutup kepala yang menutupi rambutnya “Hy Angel” kata Dinda beranjak dari tempat duduknya ketika melihat Angel sampai di lantai bawah dan langsung memeluk sahabatnya “Kamu kenapa Din ?” kata Angel terheran melihat tingkah sahabatnya “Aku kangen sama kamu” kata Dinda “Ya sudah kan sekarang aku udah berdiri di hadapan kamu” kata Angel melepaskan pelukannya “Iya” kata Dinda kembali duduk di samping Angel “Hy Angel” kata cowo yang menemani Dinda dari tadi dan ternyat itu Rangga “Hy juga Rangga” kata Angel membalas sapaan Rangga, mereka bertiga bercanda dan mengobrol dengan asiek di ruang tamu, “Angel, toilet di mana ?” kata Rangga “Ada di belakang, kamu terus aja ke dapur terus nanti belok kiri” kata Angel menjelaskan “Kalau begitu aku ke toilet dulu ya” kata Rangga beranjak dari tempat duduknya. Selesai Rangga keluar dari kamar kecil dengan tidak sengaja dia mendengar pembicaraan antara mama Angel dan Bi Sum, “Iya Bi, Angel mengidam penyakit kanker otak” kata Mama Angel dengan penuh air mata, ketika Rangga mendengar itu dia sangat kaget dan tak menyangka bahwa Angel mengidam penyakit kanker, tanpa sengaja Rangga menyengol guci kecil yang berada di sampingnya, “Kamu siapa ?” tanya Mama Angel ketika melihat Rangga “Saya Rangga tante, teman sekolahnya Angel” kata Rangga menjelaskan “Iya, nyonya dia teman dari non Angel” kata Bi Sum “Kamu mendengar apa yang saya bicarakan dengan Bi Sum” tanya Mama Angel “Maaf tante, saya tidak sengaja mendengar” kata Rangga tertunduk “Tidak papa nak” kata Mama Angel kembali mengeluarkan tangisan kecil “Tante, Angel sakit kanker otak” kata Rangga penasaran “Iya nak, sudah stadium akhir dan tolong jangan sampai Dinda tau karena Angel tidak mau membuat sahabatnya cemas” kata Mama Angel menjelaskan “Ya Tuhan, separah itu tante” kata Rangga terkaget “Iya nak Rangga” kata Mama Angel “Maaf tante, saya juga minta tolong jangan beri tahu Angel kalau saya sudah mengetahui bahwa dia mengidam penyaki kanker otak” kata Rangga meminta tolong “Baik nak” kata Mama Angel “Kalau begitu saya keluar dulu tante” kata Rangga meninggalkan Mama Angel dan Bi Sum, entah mengapa Rangga sangat terpukul ketika mengetahui Angel mengidam penyakit yang serius, “Lama amet dari toiletnya” kata Dinda kesal “Maaf” kata Rangga “Ya sudah kita pulang yuk” kata Dinda mengajak Rangga untuk pulang “Pulang ???” kata Rangga bingung “Iya, pulang... ini tuh sudah sore tau” kata Dnda “Iya” kata Rangga “Ya sudah, Angel kita pulang dulu ya” kata Dinda berpamit kepada Angel “Iya” kata Angel “Angel, kamu sehat – sehat ya” kata Rangga “Iya, kamu liat, aku sehat – sehat aja” kata Angel tersenyum, Angel mengantar mereka berdua sampai depan pintu gerbang.  Tak lama setelah Dinda dana Rangga pulang, HP Angel bergetar tanda ada pesan masuk dan pesan tersebut dari Rangga, pesan tersebut berisi “Aku pengen ajak kamu jalan – jalan, aku jempu kamu jam 08.00 malam,,,,” itu pesan dari Rangga.
            Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 dan Angel sudah mulai bersiap – siap dan memilih – milih baju yang pas untuk gadis ini kenakan di tubunya yang langsing, Gadis ini memilih baju kaos berwarna biru muda dengan celana jeans dan penutup kepala berwarna biru. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30, Angel turun dari kamarnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya, “Mau kemana sayang ?” kata Mama bertanya ke anak gadisnya “Mau pergi jalan dengan Rangga, ma” kata Angel tersenyum “Rangga ??? nama cowo” kata Papa Angel “Iyalah pa, kan Rangga cowo” kata Angel  “Jangan – jangan bukan teman” kata Papa menggoda putrinya “Iiihh,,, Papa, bukan pa” kata Angel “Ya ya...” kata Papa “Ya sudah Angel pergi dulu ya” kata Angel berpamitan kepada kedua orang tuanya, tepat di depan gerbang rumah Angel terlihat mobil honda jazz berwarna merah dan terlihat cowo yang bersandar di mobil tersebut sedang memainkan HandPhonenya, laki – laki ini terlihat ganteng memakai baju kaos berwarna putih dengan jaket hitam dan celana jeans berwana hitam, ketika cowo tersebut melihat Angel dengan anggun berdiri di depan pintu rumah dengan segera cowo ini menjemput Angel dengan ramah “Ayo kita berangkat sekarang” kata Rangga “Iya” kata Angel singkat dan tak lupa dengan senyumnya. Sesampai di dekat mobil, Rangga membukakan pintu untuk gadis ini, selama perjalanan terjadi perbincangan antara Rangga dan Angel dan kadang timbul canda sesekali, “Kamu kenapa pakai menutup kepala ?” kata Rangga “hmmm,,,, aku” kata Angel bingung ingin berkata apa, “Sebenarnya aku tau kenapa kamu pakai penutup kepala, pasti karena efek dari kemo terapi jadi menyebabkan rambut kamu rontok” kata Rangga dalam hatinya “Kenapa Angel ?” kata Rangga mengulang pertanyaannya yang belum sempat terjawab “Karena lagi pengen aja kok” kata Angel berbohong. Tak lama mereka sampai di sebuah taman yang belum pernah Angel kunjungi, setiap sudut taman di lengkapi dengan lampu yang begitu indah dan ada beberapa bangku yang dapat di duduki oleh orang – orang yang berkunjung ke taman ini. “Wah,,, tamannya indah banget, aku baru ke sini” kata Angel terkagum “Aku tau tempat ini dari teman aku dan aku pengen ke sini tapi tidak tau mau ngajak siapa, jadi ngajak kamu saja” kata Rangga tersenyum, “Kamu bisa ajak Dinda” kata Angel “Aku malas ajak Dinda, mendingan ngajak kamu, ya sudah kita duduk di situ yuk” kata Rangga menawarkan “Yuk” kata Angel, “Aku pengen bahagiain kamu Angel, sebelum semuanya terlambat, aku akan membuat hari – hari yang terpenting dalam hidupmu” kata Rangga dalam hati, “Jangan melamun” kata Angel mengagetkan Rangga, “Iya ya ya” kata Rangga. Malam ini Rangga akan membuat Angel bahagia sebelum semuanya terlambat. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, “Kita pulang yuk” kata Angel “Yuk” kata Rangga, di perjalanan pulang Angel terlihat sangat capek, Sesampai di depan pintu gerbang rumah Angel, “Aku masuk dulu ya” kata Angel tersenyum “Iya, istirahat yang cukup ya cantik” kata Rangga, Angel hanya tersenyum ketika hendak membuka pintu gerbang, Angel mimisan dan langsung jatuh pingsan dengan segera Rangga mengendong Angel ke dalam rumah dan tidak lama Angel di bawa ke rumah sakit. “Maaf kan sama om, tante” kata Rangga meminta maaf “Kamu tidak usah meminta maaf, malah kami mau berterima kasih sudah membuat Angel cukup bahagia malam ini meski akhirnya begini” kata Papa Angel, tak lama dokter keluar dari ruangan Angel “Kanker yang berada di dalam tubuh Angel sudah menyebar” kata Dokter menjelaskan “Lalu kita harus apa dok ?” kata Papa Angel khawatir kepada putrinya “Kami akan melakukan dengan maksimal dan kami juga mohon doanya pak, bu” kata Dokter meninggalkan mereka, “Om, bagaimana keadaan Angel ?” kata Rangga “Kankernya sudah menyebar ke seluruh organ Angel dan sekarang kita hanya dapat berdoa nak” kata Papa Angel menjelaskan, ketike mangetahui itu entah mengapa Rangga merasakan sakit dan entah mau berbuat apa. “Nak,,,,  sudah jam 11, kamu tidak pulang” kata Mama Angel membangunkan Rangga yang sempat tertidur di ruang tunggu “Aku tungguin Angel saja tante” kata Rangga “Lebih baik kamu pulang dan besok kamu kembali ke sini dan jangan lupa kamu beri tahu keadaan Angel ke Dinda” kata Mama Angel “Ya sudah, saya pulang dulu tante” kata Rangge berpamitan.
            Keadan Angel belum membaik dan hari ini Rangga bersama Dinda datang menjeguk Angel, “Angel, kenapa kamu gak bilang sama aku kalau kamu mengidam penyakit kanker otak” kata Dinda menangis di samping ranjang Angel “Sudah nak Dinda, doakan saja Angel baik – baik saja” kata Mama Angel mencoba menghibur Dinda, tiba – tiba alat jantung berbunyi dan menggambarkan garis lurus menandakan tak ada lagi denyut jantung dengan segera Rangga memanggil dokter dan semua panik dengan keadaan Angel, Dokterpun memeriksa keadaan Angel dan semua menunggu di ruang tunggu dengan perasaan tak karuan, tak lama dokter yang menangani Angel keluar “Kita harus melakukan operasi” kata Dokter kepada kedua orang tua Angel “Lakukan saja dok, lakukan apa yang harus dokter lakukan dan urusan biaya itu gampang” kata Papa Angel “Baiklah pak” kata Dokter. Angel pun di bawa ke ruang operasi, lampu tanda operasi sedang berjalanpun menyala, semua yang sedang menunggu Angel, berdoa agar operasinya berjalan dengan lancar, beberapa menit kemudian lampu itupun mati menandakan operasi telah selesai, dokter keluar dari ruang operasi dan semua berdiri mendekati dokter untuk mengetahui keadaan Angel, “Maaf, Angel sudah tidak dapat di selamatkan lagi” kata dokter menunduk “Tidak mungkin, itu tidak mungkin dok, pasti anak saya bisa di selamatkan dok” kata Mama Angel tak percaya, Dinda jatuh terpuruk ketika mendengarkan bahwa sahabatnya telah meninggalkan dia begitupun dengan Rangga, “Saya menemukan buku ini di bawah bantal Angel” kata dokter memperlihatkan buku berwarna merah itu, dengan segera Rangga mengambil buku tersebut dan membaca isi lembar demi lembar dan salah satu dari ini lembaran tersebut :

Dear Diary....
Tuhan, aku hanya punya satu permintaan dan permintaan ini tak sulit untukmu tuhan...
Aku hanya pengen lepas dari penyakit ini dan berharap bisa bebas dari obat yang setiap kali aku minum, kemo terapi yang selalu membuat rambutku rontok.....
Aku hanya pengen bebas dari semua penderitaan ini terutama dari penyakit ini tuhan...

Angel

SELESAI

Minggu, 30 Maret 2014

PERSAHABATAN HANCUR HANYA KARENA KESALAH PAHAMAN



PERSAHABATAN HANCUR HANYA KARENA KESALAH PAHAMAN

                Di cuaca yang sangat cerah ada 2 seorang sahabat yang sedang berjalan menelusuri lorong sekolah. Kedua sahabat itu bernama Sinta dan Rani, mereka sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau bisa di sebut SD dan sekarang mereka telah duduk di bangku SMA kelas 10. Mereka berdua sangat  dikenal seisi sekolah, Sinta dikenal karena kepintarannya dan Rani dikenal karena kecantikannya, bukan berarti Sinta jelek tapi dia cantik juga dan pintar. Bukan hanya itu mereka juga dikenal karena persahabatan mereka yang langgeng.
Pada hari ini tak disangka ada murid baru yang masuk di sekolah mereka. Murid itu bernama Ray dan berasal dari Amerika. Ray pindah ke Indonesia di sebebkan kerena kedua orang tuanya ada tugas di sini. Seisi sekolah sangat tergila – gila dengan cowo itu.  “Baru aja jadi anak baru langsung di gila – gilain sama cewe sekolah”, kata Sinta. “ Tapi memang dia pantas digila – gilain karena dia ganteng banget, aku saja langsung suka sama dia”, kata Rani. “Aduh Rani, kitakan sudah janji gak akan pacaran sampai kita kuliah”, kata Sinta. “Iya, aku tau. Aku tidak akan langgarnya kok”, Kata Rani sambil tersenyum tipis ke Sinta. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.30. “Tidak lama lagi bel sekolah berbunyi”, kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. “Kita hitung bareng yuk”, kata Rani sambil tersenyum kepada Sinta. Memang kebiasaan meraka tiap beberapa detik lagi bel tanda masuk berbunyi pasti mereka hitung mundur dari 10. “10”, kata Sinta. “9”, kata Rani, “8”, kata Sinta. “7”, kata Rani. “6”, kata Sinta. “5”, kata Rani. “4”, kata Sinta. “3”, kata Sinta. “2” kata Rani. “Dan 1” kata mereka berdua, tepat ketika mereka selesai menghitung bel tanda masuk berbunyi.
Di kelas masih agak riuh karena guru belum datang, tapi tak lama bukan guru yang datang tapi kepala sekolah bersama seorang cowo dan itu ternyata Ray. “Yes, kita sekelas dengan cowo itu”, kata Rani. “Aduh Rani, biasa aja kales”, Kata Sinta. “Emang napa kalau aku seneng, sirik ya lihat sahabatnya seneng atau gak seneng lihat sahabatnya seneng”, Kata Rani sambil memanyungkan mulutnya. “Aduh Rani, kamu tuh seperti anak kecil aja kan kita ini sahabat mana mungkin coba aku gak seneng lihat kamu seneng dan  kamu itu udah kelas 10 masa sih seperti anak kecil ngambeknya”, Kata Sinta. “Biarin”, Kata Rani tetap memanyunkan mulutnya dan melipat kedua tangannya. “Ayo dong sahabatku jangan ngambek, senyum dong”, kata Sinta sambil tersenyum tipis ke arah Rani. Akhirnya Rani tersenyum kepada Sinta dan Rani tidak ngambek lagi. “Gitu dong”, kata Sinta sambil tersenyum, Rani hanya membalas dengan senyum. “Anak – anak perkenalkan ini Ray mereka teman baru kalian yang baru pindah dari amerika”, kata Pak Kepala Sekolah. “Perkenalkan nama saya Ray Prasetya kalian bisa panggil saya Ray dan saya berasal dari Amerika”, kata Ray. “Kok kamu bisa bahasa indonesia ?”, Kata salah satu murid di kelas itu. “Aku sebenarnya lahir di Indonesia dan pernah tinggal selama 1 tahun di Indonesia cuman setelah itu aku dan keluarga pindah ke Amerika karena Amerika adalah kampung ibuku”. “ohh....”, kata semua murid. “Baiklah, kalau begitu kamu duduk di sana”, kata Pak Kepala Sekolah sambil menunjuk salah satu bangku yang kesong. “Baik pak”, kata Ray. “Sinta, dia duduk di sebelah aku”, kata Rani sambil seneng kegirangan. “iya, syukurlah”. Sambil tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Bersamaan dengan duduknya Ray, gurupun datang dan berlangsunglah proses belajar mengajar.

Tak terasa bel tanda istirahat berbunyi semua murid berhamburan, ada yang ke kantin, ke taman sekolah atau hanya di kelas saja. Tiba – tiba keluar sebuah kata dari mulut Ray. “Hai, boleh kenalan”, kata Ray. Rani kegirangan karena dia di sapa oleh Ray. “Hai juga, boleh kok” kata Rani sambi tersenyum dan mengulurkan tangannya tapi apa yang terjadi Ray malah mengulurkan tangannya bukan untuk Rani tapi Sinta. “Nama aku Ray, kalau nama kamu siapa cantik”, kata Ray sambil tersenyum. “Nama aku Sinta”, kata Sinta sambil tersenyum. “Nama yang cantik”, kata Ray. “Makasih, mmm.... Kenalkan ini sahabat aku namanya Rini”, kata Sinta sambil melirik sahabatnya. “Hai, aku Rini”, kata Rini sambil tersenyum agar menutupi kekesalannya. “Aku Ray”, kata Ray. “Ya sudah, kami berdua duluan ya”, kata Sinta sambil tersenyum tipi. Mereka berduapun berlalu dari hadapan Ray. Di perjalanan ke kantin mereka berdua bertemu dengan Alex. Alex adalah cowo terkenal di sekolah mereka tapi sayangnya mereka beda kelas, Rani sebenarnya diam – diam suka sama Alex tapi dia sudah janji dengan sahabatnya untuk tidak akan pacaran sampai mereka selesai SMA dan begitu juga dengan Alex, Alex diam – diam suka tapi bukan sama Rani tapi dengan Sinta.
“Hy Alex”, kata Rani. Alex hanya mengabaikan sapaan itu, Alex pun nyapa Sinta. “Hy Princessku”, Kata Alex. Rani ‘menyangka dirinya yang disapa, “Makasih udah bilangi aku princess”, kata Rani sambil senyum – senyum tidak jelas, “yee... siapa juga yang bilangi kamu princess ?”, kata Alex, “kamu tadi barusan sama balik aku terus kamu pakai nama princess”, Kata Rani, “Orang bilangi Sinta”, Kata Alex, “iiihhh...”, kata Rani langsung pergi entah kemana, “Alex..”, kata Sinta, “ada apa princessku ?”, Kata Alex, “kamu tuh... ahhh...”, kata Sinta dan langsung berlalu dari hadapan Alex. Terlalu buru – burunya Sinta dia tidak sengaja menabrak seseorang dan orang itu adalah Kevin, Kevin merupakan cowo yang  jatuh cinta dengan Sinta sejak mereka duduk di bangku SMP kelas 8. “ehh... Kevin, maaf ya. Aku buru – buru”. Sebelum Kevin menjawab Sinta langsung berlalu. “Rani kemana sih ? dia pasti marah karena selama satu hari ini dia di kacangi sama cowo dia gila – gilain, mana lagi waktu istirahat udah mau selesai”, kata Sinta sambil melihat ke sekelilingnya. Tidak lama Sinta selesai bicara bener sekali bel tanda istirahat usai berbunyi semua murid riuh masuk ke kelas masing – masing tapi Sinta masih bertekad untuk mencari sahabatnya. Karena Sinta sudah lelah mencari sahabatnya yang entah kemana dia pun putus asa dan kembali ke kelas, dia yakin kalau di kelas pasti sudah ada guru. Bener sekali perkiraan Sinta guru sudah mulai menjelaskan, tidak sengaja dia melihat Rani duduk di bangkunya, “Ya Allah... Aku keliling cari dia tapi malah udah ada di kelas”, kata Sinta sambil mengelah nafas. Sinta masuk ke kelas dengan perasaan yang tidak karuan. “permisi bu”, kata Sinta gugup, “kamu kenapa telat masuk kelas ?”, kata bu guru, karena Sinta tak ingin Rani dapat masalah dia pun berbohong  “tadi saya abis ke kantin bu”, kata Sinta dengan kebohongannya, “kamu tau kan kalau sudah bunyi bel harus langsung masuk kelas kalau tidak dapat sanksi ?”, kata bu guru, “tau bu”, kata Sinta sambil menunduk dan sekilas melirik ke Rani, “kamu sudah tau kenapa tidak langsung masuk malah nongkorong di kantin ?”, kata bu guru agak membentak, “tadi...” kata Sinta yang di potong oleh bu guru, “Tidak usah banyak alasan kalau begitu sebagai sanksinya kamu berdiri di depan tiang bendera sambil hormat sampai jam pulang”, kata bu guru membentak, “baik bu”, kata Sinta sambil berjalan dan menunduk. “Kamu tidak kasihan lihat dia di hukum ?, diakan sahabat kamu”, kata Ray, Rani tidak merespon pertanyaan dari Ray. “Aku kasihan sama dia tapi aku iri sama dia kenapa orang pada perhatian sama dia di banding aku”, kata Rani dalam hati


Bel tanda pulang berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas kecuali Ray dan Rani, mereka berdua masih dalam kelas. Entah mereka ingin berbuat apa di kelas berdua, tidak beberapa lama Ray mengambil tas Sinta dan langsung bergegas keluar kelas. “Aku yakin dia pasti mau samperin Sinta atau yang lain, yang penting dia tuh perhatian banget sama Sinta sejak dia sekolah dan masuk kelas ini”, kata Rani dalam hati. Dugaan Rani benar Ray menghampirin Sinta yang masih berdiri di depan tiang bendera. Tak lama Ray sampai di tempat tersebut tiba – tiba Sinta jatuh pingsan, Ray pun menggotong Sinta ke UKS. “Siapa sih dia ? berani banget menggotong princess gue”,kata Alex, “sepertinya dia itu murid baru di sekolah ini”, kata Sami. Alex mempunya 2 sahabat tapi mereka itu di jadiin kacung dengan Alex, mereka berdua itu Sami dan Tara. Di UKS hanya ada mereka berdua yaitu Ray dan Sinta, Ray masih menunggu Sinta sadar dan tidak lama Sinta sadar, “Aku dimana ?”, kata Sinta “Di UKS”, kata Ray. Ketika keadaan Sinta membaik mereka keluar dari ruang UKS, “Aku antar pulang ya ?”, kata Ray “tidak usah, aku bisa pulang sendiri”, kata Sinta dengan nada menolak “tapi kamu baru saja baikan”, kata Ray “kalau kamu memaksa, ya sudah”, kata sinta dengan nada pasrah. Sinta pulang dengan diantar Ray menggunakan motor ninja nya. Sesampai depan rumah Sinta “Makasih ya atas semuanya”, kata Sinta sambil turun dari motor “biasa aja kali, ya sudah aku pulang dulu”, kata Ray, tidak lama Ray menghilang dari hadapan Sinta, Sinta pun masuk ke dalam rumahnya. Sinta melihat ke sekeliling rumah tapi terlihat sepi tiba – tiba dimelihat Mbok Ina pembantu rumahnya, “mbok, orang – orang pada kemana ?”, kata Sinta agak sedikit bingung “nyonya pergi arisan non, kalau tuan belum pulang dari kantor” kata Mbok Ina “kalau kak Raka mana dan Kak Putri ?”, kata Sinta menanyakan kedua kakaknya “sepertinya belum pulang dari kuliah non” kata Mbok Ina “ya sudah, kalau ada yang cari aku ada di kamar ya mbok” kata Sinta berjalan menuju lantai dua karena kamar miliknya berada di lantai dua “baik non” kata Mbok Ina. Sinta berjalan menuju kamarnya dengan lesu dan sepertinya dia capek, sesampai di kamarnya dia masuk dan melentangkan dirinya di atas kasur “rumah terasa sepi hanya aku dan Mbok Ina”, kata Sinta.
Pada pagi itu suara alaram yang membangunkan Sinta dan gadis itu bergegas mandi dan siap – siap berangkat ke sekolah. Selesai dia berpakaian gadis itupun turun ke lantai bawah dan menuju ke ruang makan. “Pagi Semua”, kata Sinta dengan riang “Pagi sayang”, kata kedua orang tuanya sambil tersenyum tipi ke anak bungsunya “Pagi bawel” kata kedua kakaknya “iiihhh... kakak”, kata Sinta kesel “Sudah sudah, kamu sarapan dulu sayang”, kata Bunda kesayangan Sinta “Nanti aja di kantin aku takut telat, ya sudah aku diantar sama siapa ?”, kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya “Pak Barjo aja ya sayang” kata Bundanya lagi “masa sama Pak Barjo lagi aku pengennya sama ayah”, kata Sinta manja “Maaf sayang, ayah tidak bisa soalnya ada urusan jadi beda jalur”, kata Ayahnya “Kalau begitu kamu sama kakak aja ya bawel”, kata kakaknya yang cowo atau bisa di sebut Kak Raka “ya sudah aku sama Kak Raka aja tapi ada satu syarat”, kata Sinta “apalagi sih syaratnya, mau di antar aja bawel banget”, kata Kak Raka “aku tidak ingin di bilang bawel kalau sudah sampai sekolah, janji...” kata Sinta sambil menganjungkan jari kelingkingnya “Iya, janji ya sudah ayo berangkat nanti kakak telat”, Kata Kak Raka “ya sudah, aku berangkat dulu ayah bunda dan Kak Putri”, kata Sinta berpamitan dengan kedua orang tua dan kakaknya. Selama perjalanan tak ada sama sekali pembicaraan antar kedua saudara ini, mereka menuju ke sekolah menggunakan motor ninja merah milik kakak laki – lakinya. Tak terasa jalan yang mereka lalui akhirnya sampai di depan gerbang sekolah Sinta yang bertuliskan SMA NEGERI 1 JAKARTA. Sinta pun memulai pembicaraan sebelum kakaknya pergi “Makasih ya kak” kakaknya hanya membalas dengan senyum manis ke adik bungsunya.
Barusan hari ini gadis tersebut menelusuri lorong sekolah dengan sendiri tanpa di temani oleh sahabatnya, biasanya sih dia menunggu Sinta datang di gerbang sekolah tapi kali ini dia tidak ada. “Apa jangan – jangan dia masih marah lagi sama aku soal kemarin” kata sinta khwatir, gadis tersebut mempercepat langkahnya menuju kelas tapi di tengah perjalanan menuju kelas dia di hadang oleh geng alay itu, siapa lagi kalau bukan geng lolipop yang terdiri dari Sasha ya bisa di sebut sebagai bosnya dan 2 kacungnya Jesika dan Vio, “Aduh, buru –buru amet sih” kata Sasha “baru aja pagi – pagi udah cari gara – gara kalian” kata Sinta kesel, ketika Sinta hendak melanjutkan langkahnya tetap saja si geng lolipop tetap menghadang dia “mau kalian apa sih ?”, kata Sinta “mau aku hanya 1 jauhi Alex, itu aja kok gak susah” kata Sasha dengan angkuhnya “Ok, aku akan jauhi dia dan sekarang biarkan gue lewat”, kata Sinta dengan nada tinggi “ya sudah, beri jalan dia” kata Sasha. Akhirnya Sinta melanjutkan langkahnya yang terhenti karena geng lolipop. Sesampai di ambang pintu kelas dia melihat Rani sedang duduk manis di bangkunya, gadis tersebut sedang membaca buku tapi entah buku apa, ketika langkah kaki Sinta baru melangkah untuk menghampiri sahabatnya tiba – tiba dia di tarik oleh seseorang. Aduh, siapa lagi kalau bukan Alex. “Mau kamu apa, Lex?”, kata Sinta geram “Mau aku, ya Kamu”, kata Alex dengan genitnya “tolong jauhi aku”, kata Sinta sambil berlalu dari hadapan Alex. Sinta kembali ingin menghampiri sahabatnya “Hai Ran” kata Sinta dengan lembut, sedikitpun tak ada respon dari Rani “Kamu marah sama aku?”, kata Sinta mencoba memastikan dengan memberanikan diri Rani membuka mulut dan berbicara dengan Sinta “Asal kamu tau aku tuh sayang sama kau dan percaya tapi kenapa balasan kamu tuh gini”,kata Rani dengan nada tinggi “Aku tidk mengerti Ran”, kata Sinta bingung “kamu itu pura – pura gak tau atau gimana sih” kata Rani mulai kesel “Jujur aku gak mengerti” kata Sinta makin bingung “Aku tuh iri sama kamu kenapa harus kamu yang di sayang oleh banyak orang sedangkan aku tak ada pun satu yang sayang dengan aku” kata Rani yang mulai menetaskan air matanya “Siapa bilang tidak ada yang sayang sama kamu, ada kok” kata Sinta sambil menghapus air mata sahabatnya “Siapa ?” kata Rani terisak “Aku, aku sayang kok sama kamu, meski orang lain tidak sayang sama kamu tapi aku sayang sama kau. Itulah gunanya sahabat” kata Sinta sambil tersenyum manis kepada Rani, akhirnya mereka baikan dan saling berpelukan, tidak lama mereka selesai pelukan bel tanda masuk berbunyi “Yah...” kata Rani kecewa “kenapa” kata Sinta bingung  “Bel udah berbunyi tapi kita belum menghitung mundur” kata Rani cemberut “Tenang aja, masih ada hari esok” kata Sinta sambil tersenyum
Proses belajar mengajar telah berlangsung semua murid memperhatikan penjelasan dari pak guru. “Aduh, perut aku sakit. Sepertinya aku tadi belum sarapan” kata Sinta sambil memengang perutnya “kamu kenapa Sin?” kata Rani agak bingung melihat tingkah sahabatnya “Aku gak papa kok” kata Sinta sambil berusaha mengembangkan senyumnya. Tidak teras bel tanda istirahat berbunyi semua murid bersorak gembira.  “Ran, kamu mau ke kantin gak ?” kata Sinta “emang ada apa Sin ?” kata Rani “Aku belum sarapan dari tadi” kata Sinta lemas “Aduh, aku tadi di suruh sama bu guru untuk bantu dia urus berkas anak –anak” kata Rani “Ya sudah, aku pergi sendiri saja ya” kata Sinta sambil berjalan. Suasana kantin sangat berbeda dari biasanya, yang dulu bangku kantin sangat penuh malah sekarang kebanyakan kosong. Sinta menikmati makanan yang ada di hadapannya, gadis itu terlihat sangat sedih karena tak ada yang menemaninya. Tiba – tiba ada yang menepuk pundak Santi. “Kamu” kata Santi terkejut “iya, ada yang salah” kata orang tersebut “gak ada sih” kata Santi sambil tersenyum “aku boleh duduk di bangku ini” kata orang tersebut “silahkan” kata Santi mempersilahkan orang itu duduk “mmm... bagaimana keadaanmu?” kata orang tersebut “ya seperti yang kamu lihat sekarang aku udah membaik, makasih Ray kemarin udah nolong aku dan antar aku pulang” kata Santi tersenyum, ternyata orang yang dari tadi Santi berbicara Ray toh. “iya, sama –sama” kata Ray sambil tersenyum. Ternyata dari kejauhan Rani melihat Sinta dan Ray berduaan, apa Rani akan marah dengan Sinta, Ranipun menghampiri Sinta. “Rani” kata Sinta terkejut ketika melihat Rani ada di hadapannya “yang kamu lihat ini salah paham” kata Sinta agak sedikit gugup “kamu jangan marah ya” kata Sinta menunduk “Siapa juga yang marah, aku cuman mau bilang boleh gabung gak” kata Rani sambil tersenyum “jadi kamu tidak marah sama aku” kata Santi untuk memastikan “buat apa coba aku marah, jadi aku boleh gabung gak ?” kata Rani “tentu boleh, apa sih yang enggak buat sahabatku” kata Sinta tersenyum “Kacang....kacang” kata Ray agak sedikit berteriak “eh Ray, sorry aku gak bermaksud untuk kacangi kamu” kata Sinta “Iya, aku boleh minta tolong gak” kata Ray “minta tolong apa Ray ?” kata Sinta penasaran “kamu senyum dong, soalnya senyum kamu itu manis” kata Ray menggombal “bisa aja kamu” Kata Sinta tersipu malu. Mereka bertiga berbincang – bincang dan ada juga di sertai canda tawa, tak terasa bel tanda masuk berbunyi seluruh siswa siswi masuk ke kelas masing –masing .
Tidak di rasa bel tanda pulang berbunyi semua murid bersorak gembira. “Ya sudah, anak –anak sampai sini dulu pembelajaran kita nanti lain waktu kita lanjut”, kata Bu Guru sambil keluar dari kelas “Sin, loe mau pulang bareng aku gak ?” kata Ray “Maaf Ray, Aku mau pulang bareng Rani” kata Sinta tersenyum “Ya sudah, aku duluan ya” kata Ray dengan nada kecewa “Kok kamu tolak ?” kata Rani bingung “Kan aku mau pulang bareng sahabatku” kata Sinta sambil merangkul sahabatnya. Mereka pulang dengan motor milik Rani tapi di kendarai dengan Sinta. Di perjalanan terjadi pembicaraan antara mereka berdua, “Sin, kenapa kamu gak bawa motor aja ke sekolah ? apalagi kamu pintar mengendarainya” Rani bertanya pada sahabatnya “Aku belum di perbolehin dengan ayah dan bunda” kata Sinta dengan nada cukup seperti berteriak karena keseriusan mereka berbincang sehingga mereka tak sadar kalau sudah sampai di depan gerbang rumah Sinta “Thanks ya Sahabatku” kata Sinta sambil tersenyum “Biasa aja kali, ya sudah aku pulang dulu ya” kata Rani berpamitan denga Sinta “Enggak mempir dulu” kata Sinta menawarkan “lain waktu saja ya” kata Rani. Rani pun menyalakan mesin motornya dan berlalu dari hadapan sahabatnya. Sinta berjalan memasuki halaman rumahnya dengan lesu “Aku yakin pasti di rumah hanya ada Mbok Ina dan aku rasa ngak ada yang ingat dengan ulang tahunku besok” kata Sinta dengan tertunduk lesu. Sinta membuka pintu rumahnya dan perkiraannya benar rumah terlihat sepi tidak ada sama sekali orang yang dia lihat tanpa berpikir panjang gadis tersebut langsung ke kamarnya, ketika hendak ingin menaiki anak tangga tiba – tiba terdengar suara yang memanggil namanya, Sinta pun berbalik badan dan benar ada yang memanggil, yang memanggil dirinya ada Mbok Ina “Non Sinta” kata Mbok Ina “Aduh, aku kira siapa mbok yang panggil aku, ada apa mbok ?” kata Sinta terkejut “Non baru pulang” kata Mbok Ina dengan menatap Sinta “Iya mbok, ya sudah saya mau ke kamar, saya capek” Kata Sinta hendak ingin menaiki anak tangga “non ingin di buatin makanan ?” kata Mbok Ina “gak usah mbok, td udah makan di kantin sekolah” kata Sinta menaiki anak tangga. Ketika sampai di ambang pintu kamarnya Sinta langsung membuka pintu kamarnya dan masuk, seperti biasanya gadis itu langsung membentangkan dirinya di atas kasurnya.
Keesokan harinya Sinta lebih ceria hari ini karena hari ini adalah hari spesial bagi dia yaitu hari ulang tahun dia, dia ingin semua seisi rumah tau kalau hari ini hari spesial baginya dengan segera dia bergegas mandi selesai mandi gadis tersebut berdandan dengan lebih anggun dari biasanya selesai itu gadis tersebut menurunin anak tangga satu persatu dengan lebih ceria dan anggun. “Selamat Pagi semua” kata Sinta dengan semangatnya yang luar biasa tapi semangat itu rapuh ketika dia tau kalau tak ada seseorangpun di rumah kecuali dirinya dan mbok Ina. “Mbok, yang lain kemana ?” kata Sinta dengan penuh pertanyaan “tuan udah berangkat kantor lebih pagi, nyonya katanya ada urusan mendadak jadi harus keluar kota, kalau den raka gak pulang dari tadi malam dan non Putri pergi lebih awal ke kampus” kata Mbok Ina menjelaskan panjang lebar “Terus aku berangkatnya bareng siapa ?” kata Sinta cemberut “sama Pak Barjo kata tuan non” kata Mbok Ina “Ya sudah, tapi Mbok Ina ingat gak hari ini hari apa ?” kata Sinta sambil tersenyum lebar dan berharap Mbok Ina mengetahuinya “Hari rabu non, emang ada apa non ?” kata Mbok Ina bingung “Yah... Tidak ada yang ingat sama sekali kalau hari ini hari ulang tahun aku” kata Sinta dalam hati “non kok malah bengong, ayo dong berangkat nanti telat” kata Mbok Ina “Ya, sudah aku berangkat dulu ya mbok” kata Sinta berpamitan. Di perjalanan Sinta hanya cemberut dan tak ada suara sama sekali sampai gadis tersebut sampai di gerbang sekolah. Gadis tersebut berharap sahabatnya tidak lupa akan hari ini agar dia bisa agak senang sedikit. Gadis itu sepertinya lagi mencari seseorang dan ternyata tepat sekali Sinta lagi mencari Rani, dia menelusuri lorong sekolah dan melirik ke sana sini biar batang hidungnya pun gak kelihatan, dengan kecewa Sinta menuju ke kelasnya. Sampai di ambang pintu kelas dia melihat ke sekelili kelas tapi tetap saja tidak menemukan Rani “Apa Rani belum datang ? tapi gak biasanya dia telat” kata Sinta bingung. Dengan berat hati dia menunggu sahabatnya itu di kelas, suasana kelas saat ini seperti biasa ribut dan kacau. Sinta hanya duduk termenung di bangkunya dan tak ada satu orang pun yang mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN SINTA atau HAPPY BIRTHDAY, dia yakin kalau hari ini tidak ada satu orang pun yang ingat terhadap ulang tahunnya. Gadis ini sangat kecewa ke semua orang terutama keluarga dan sahabatnya karena tak yang memperhatikannya, mereka semua hanya mementingkan urusan masing – masing, apakah itu Ayahnya, Bundanya, Kakaknya atau Sahabatnya. “Dari pada di kelas mendingan ke kantin aja” kata Sinta sambil melangkahkan kakinya keluar kelas dan menuju kantin. Sesampainya di kantin dia tak menemukan siapa – siapa, “Malang betul nasibku di hari ulang tahunku, tak ada satu orang pun yang ingat dengan hari ini” kata Sinta kecewa tak lama selesainya Sinta berbicara tiba – tiba ada suara “Siapa bilang tidak ada yang ingat”. Sinta pun membalikkan badannya dan ternyata adalah Sahabatnya sendiri bersama Ray yang sedang membawa kue ulang tahun dan kado “Happy Birthdaya sahabatku” kata Rani sambil memeluk Sinta “Makasih ya sahabatku” kata Sinta sambil terharu “Selamat Ulang Tahun ya Sinta” Kata Ray sambil menyodorkan kue ulang tahunnya “Tunggu, kamu tau dari mana hari ulang tahun aku ?” kata Sinta bingung “Dari sahabat kamu, ya sudah tiup dong lilinnya” kata Ray sambil tersenyum tipis “Jangan lupa doa dulu sebelum tiup lilin” kata Rani, gadis itu pun memejamkan matanya sambil mengucapkan doanya setelah itu, dia meniup lilinnya “Makasih ya Rani” kata Sinta memeluk sahabatnya “Aku juga mau dong di peluk” kata Ray manja “yee... tidak boleh, sana cari teman cowo kamu” ka Rani sambil menjulurkan lidahnya “sudah sudah tidak lama lagi bel, kita ke kelas yuk” kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Bener saja yang di katakan Sinta, ketika mereka hendak menuju kelas bel sudah berbunyi dan semua murid termasuk mereka bertiga berlarian menuju kelas masing – masing. Tak lama guru pun datang dan proses belajar mengajar telah di mulai dan tepat hari ini mata pelajaran Matematika, pelajaran yang di bosanin anak – anak kecuali Sinta, gadis ini sangat menyukai pelajaran itu.
Waktu yang di tunggu anak – anak tiba yaitu bunyi bel karena ingin terbebas dari mata pelajaran Matematika. Gadis berambut panjang ini bukannya seneng mata pelajaran Matematika berakhir tapi malah sedih, dia sedih karena dia sangat menyukai pelajaran Matematika. Belum selesai Sinta membereskan barang – barangnya tiba – tiba ada yang menghampirinya. “Hai Sin” kata Ray sambil melempar senyum ke Sinta dan Sinta hanya membalas dengan senyum “boleh ikut aku gak ?” kata Ray “mau kemana ?” kata Sinta penasaran “itu rahasia, mau atau tidak” kata Ray mengulang  permintaannya yang tadi “ya sudah aku....” belum selesai Sinta mengucapkannya Ray langsung menarik tangannya, adegan ini di saksikan oleh semua murid sekolah terutama cewe yang menggila – gilakan Ray. “Kamu mau bawa aku kemana ?” tanya Sinta penuh penasaran “ikut aja” kata Ray sambil tersenyum. Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan “ngapain kamu bawa aku ke sini ?” kata Sinta sambil melirik sekelilingnya, ternyata Ray membawa Sinta ke taman belakang sekolah “Ayo sini duduk” kata Ray, Sinta tak bergerak dia hanya melamun melihat sekelilingnya “Ayo” kata Ray menarik tangan Sinta. Mereka berdua sedang duduk di pinggir danau, emang sih taman belakang sekolah mereka dekat dengan danau “Ternyata selama ini pemandangan di sini indah juga” kata Sinta kagum “Kamu baru tau keindahan tempat ini ?” kata Ray, Sinta hanya mengangguk tanda dia menjawab iya, “Aku juga baru tau kemarin” kata Ray sambil tersenyum kepada Sinta “Sin, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” kata Ray “ngomong aja Ray” kata Sinta tersenyum “Sebenarnya sejak pertama ku melihatmu aku sudah suka sama kamu dan lama – kelamaan aku jadi jatuh cinta sama kau” kata Ray “Jadi, di hari ulang tahun kamu, kamu mau gak jadi pacar aku ?” kata Ray, ketika mendengar kalimat itu Sinta begitu kaget dan menatap dalam – dalam Ray. Ternyata dari tadi mereka di ikuti oleh geng lolipop “Gue punya ide buat hancurin persahabatan mereka berdua” kata Sasha “Mereka berdua itu siapa” kata Vio bingung “Aduh Vio, kamu lemot lagi ya” kata Jesika, Vio hanya tersenyum lebar “Yang dimaksud itu Sinta dan Rani” kata Jesika menjelaskan “Jes, kamu pergi panggil Rani dan ngomong gini ke dia” kata Sasha sambil membisikkan sebuah kalimat ke telinga Jesika, setelah itu Jesika melaksanakan tugas dari Sasha. “Aduh mana sih Rani ?” kata Jesika melihat ke sekelilingnya, ketika dia melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri di kantin dan itu adalah Rani, Jesika pun menghampiri Rani “Hai Rani” kata Jesika, Rani hanya membalas sapaan itu dengan senyum “Kok kamu sendiri, sahabat kamu mana ?” kata Jesika “tidak tau kemana, dia tadi bersama Ray” kata Rani lesu “berarti aku gak salah lihat tadi” kata Jesika memulai rencananya “Apa maksud kamu Jes ?” kata Rani penasaran “Tadi aku lihat Ray dan Sinta ke taman belakang dan Ray nembak Sinta lalu...” belum selesai perkataan Jesika, Rani langsung memotongnya “Lalu apa Jes ?” kata Rani penuh dengan penasaran “Lalu Sinta terima dan mereka   pelukan dan terus duduk di tepi danau” kata Jesika penuh dengan kebohongan licik “Itu tidak mungkin, aku dan Sinta sudah janji gak boleh pacaran sampai kami ke jenjang kuliah” kata Rani matanya mulai berkaca – kaca “Kalau tidak percaya ikut aku” kata Jesika. Rani pun mengikuti Jesika ke taman belakang dan di sisi lain antara Sinta dan Ray “Kamu lagikan bercandakan Ray” kata Sinta dengan senyum manisnya, Ray menggelengkan kepalanya dan itu maksud dari jawabannya “Aku serius cantik” Kata Ray “Tapi aku gak bisa Ray” kata Sinta menunduk “Kenapa ?” kata Ray “Aku udah janji ke Rani kalau kita berdua gak akan pacaran sebelum memasuki jenjang kuliah” kata Sinta, mata Sinta mulai meneteskan air mata dengan bersamaan sampainya Rani, dia melihat Ray memeluk Sinta “Gak papa kok kalau kamu gak mau” kata Ray membelai rambut Sinta, dengan perasaan kuat Rani menghampiri mereka berdua “Loe tega ya Sin” Kata Rani sambil menahan tangisanya “Rani” kata Sinta kaget dan melepaskan pelukan dari Ray “Loe itu udah nusuk gue dari belakang ya Sin” kata Rani, mata Rani mulai meneteskan air matanya. Dari kejauhan geng lolipop kesenangan “Ini mah adegan yang paling bagus gue lihat” kata Sasha dengan tawa liciknya “Iya, antara sahabat setia yang sebentar lagi hancur” kata Jesika. Sinta dan Ray tidak mengerti maksud dari Rani “Apa maksud kamu Ran ?” kata Ray “Loe gak usah bicara, yang gue tanya Sinta” kata Rani dengan nada tinggi “Jujur Ran, gue gak mengerti” kata Sinta bingung “Loe itu di tembak sama Ray kan dan kalian pacaran, kamu pernah janji sama aku Sin kalau kita gak boleh pacaran sebelum ke jenjang kuliah dan kamu sendiri yang melarang ku dulu untuk menggila – gilakan Ray dan sekarang kamu sendiri yang berbuat” kata Rani “Loe salah paham Ran, gue...” perkataan Sinta di potong “Loe gak usah bohong deh gue lihat sendiri loe pelukan dengan Ray” kata Rani amarahnya mulai memuncak “Ran, aku dan Sinta itu gak pacaran” kata Ray mulai untuk menenangkan Rani “aku gak percaya sama kalian terutama kamu munafik” kata Rani sambil menunjuk Sinta dan berlalu dari hadapan mereka berdua. “Aduh gimana nih Ray, Rani salah paham ?” kata Sinta khwatir. “Tenang, nanti kita selesaikan dan bicarakan dengan Rani kalau kita gak pacaran” kata Ray menenangkan Sinta. “Aku salah menilai mu selama ini San, aku kira kamu baik dan ternyata kau diam – diam munafik di belakang ku, aku benci sama kamu aku benci” kata Rani dalam hati sambil berjalan menuju kelas.  Bel tanda istirahat telah usai semua siswa siswi buru – buru masuk ke kelas masing – masing. Di kelas Sinta sangat bede karena sekarang dia duduk sendiri, mungkin karena Rani marah jadi dia pindah duduk “Kamu yang sabar aja ya Sin” kata Ray, Sinta hanya mengganguk dan tersenyum. Sekarang mata pelajaran biologi seluruh siswa siswi belajar dan memperhatikan dengan serius.
Tak terasa bel tanda pulang berbunyi seluruh siswa siswi bersorak gembira, seluruh siswa siswi berhamburan keluar kelas. Sinta masih di kelas, gadis ini sepertinya sangat sedih hari ini tanpa ragu – ragu Ray menghampiri gadis tersebut. “Kamu kenapa ?” kata Ray bertanya pada Sinta “Hari ini bagiku hari spesial tapi kenapa banyak masalah yang aku dapatkan ?” kata Sinta dengan mata yang berkaca – kaca “Maksud kamu apa ?” kata Ray bingung “Tadi di rumah terasa sepi semua orang mau itu ayah, bunda, kak Raka, kak Putri ataupun Mbok Ina tak ada yang mengingat hari ulang tahunku dan tapi aku sempat tersenyum karena kamu dan Rani mengingat ulang tahunku, tak lama senyumku terukir akhirnya ambruk karena kesalah pahaman Rani dan sekarang aku pusing persahabatanku yang begitu lama ku jalin begitu saja langsung ambruk” kata Sinta dengan tetesan air mata yang jatuh “Tenang Sin, aku yakin tuhan gak akan memberikan cobaan jauh dari kemampuan kita” kata Ray mencoba menenangkan Sinta sambil memeluk Sinta, gadis ini mendenggelamkan dirinya dalam dekapan cowo tersebut, ternyata dari tadi Rani ada di ambang pintu kelas “Aku hanya mau ambil buku yang tertinggal malah lihat adegan yang nyebalin” kata Rani kesel, tiba – tiba geng lolipop datang merasut pikiran Rani “Aduh mesra banget mereka berdua seperti juliet dan romeo” kata Vio “Masa sih di nusuk loe dari belakang Ran” kata Jesika “Mungkin ini rencana Sinta dari dulu, ingin menghancurin loe cuman di tutupi dengan keluguan dan kecantikan dia” kata Sasha yang mulai merasut pikiran Rani, Rani makin kesel ketika mengdengar kata Sasha, “Sa, aku boleh ikut geng kamu gak ?, gak papa kok kalau beda kelas” kata Rani bermohon “Korbon sudah mulai masuk jebakan, tinggal susun jebakan kedua dan hap hancur kamu Sinta dan Rani” kata Sasha dalam hati “Sa..” kata Rani “Iya, boleh kok” kata Sasha dan di sisi lain Sinta masih mendenggelamkan dirinya dalam dekapan Ray, “Wah, adegan yang sangat menarik” kata Rani sambil bertepuk tangan, Sinta langsung melepaskan dekapan cowo tadi “Tadinya mau ambil buku yang ketinggalan, eh malah lihat adegan yang seru, bagus bagus” kata Rani “Ran, apa yang kamu lihat ini salah paham” kata Sinta “Salah paham gimana na dari tadi aku lihat dari awal lagi, tenang aku cuman mau ambil buku nanti kamu bisa lanjut adegannya” kata Rani melangkah menuju bangkunya dan mengambil semua buku “Sekarang kalian boleh lanjut kok adegannya” kata Rani melangkah keluar kelas, Sinta mengambil tasnya dan mengejar Rani, Ray ikut mengejar takutnya nanti terjadi sesuatu yang tak di inginkan. “Ran, tunggu aku” kata Sinta mengejar Rani “Apa lagi Sin ?” kata Rani dengan nada malasnya “Aku pulang bareng kamu ya” kata Sinta sambil mengembangkan Senyum manisnya “Aduh, simpan aja tuh senyum busuk kamu dan satu lagi maaf aku mau pulang bareng” Rani tak melanjutkan perkataannya dia hanya menepuk tanganya dua kali dan “Bareng kita” kata Sasha “Kok kamu mau pulang bareng mereka ?” kata Santi bingung “Gue udah nemuin yang namanya sahabat sejati bukan sahabat makan sahabat” kata Rani dengan nada tinggi “Tapi..” tidak sempat Sinta melanjutkan perkataanya Rani dan Geng Lolipop pergi dari hadapannya. Gadis yang dulu periang dan selalu tersenyum sekarang jatuh terpuruk di lapangan, “Sinta, bangun. Loe tuh harusnya kuat” kata Ray menyemangati Sinta “Gue yakin suatu saat Rani nyesel gabung dengan mereka dan sekarang aku antar kamu pulang ya” kata Ray, Sinta tak sanggup berkata dia hanya mengangguk kan kepalanya.
Selama perjalanan pulang tak terjadi percakapan anatara mereka berdua, Sinta kelihatannya masih drop dan sedih. Sinta tetap tidak mengalihkan pandangannya, gadis ini tetap menatap luar kaca mobil yang hujan. Sesampai depan pintu gerbang rumah Sinta, Ray turun dan mengambil payung untuk Sinta dan menemaninya sampai depan pintu rumah. “Makasih ya” kata Sinta dan senyum tipisnya “Nah, gitu dong senyum, kamu kan cantik kalau senyum” kata Ray “Masuk dulu Ray” kata Sinta menawarkan “Tidak usah, lain kali aja” kata Ray “Ku mohon satu kali aja ya turuti permintaanku” kata Sinta memohon kepada Ray “Ya sudah, demi kamu deh” kata Ray tersenyum, Sinta hanya membalas dengan senyum juga. Ketika membuka pintu rumah tiba – tiba ada kejutan dari keluarga Sinta untuk ulang tahunnya. “Happy Birthday Sinta” kata semua orang yang memberi kejutan kepada Sinta, Sinta sangat terharu kejutan yang dia dapat “katanya kalian sibuk” kata Sinta bingung “Siapa yang bilang sayang ?” kata bunda Sinta bertanya “Mbok Ina” kata Sinta melirik ke Mbok Ina, “Maaf non, mbok di suruh bohong agar kejutannya non tidak tau” kata Mbok Ina “Makasih ya semuanya, aku kira kalian lupa dengan ulang tahunku ?” kata Sinta “Mana mungkin kakak, kak Raka, bunda dan ayah lupa sama kamu bawel” kata Kak Putri, kakak kedua Sinta “Sin, itu siapa ?” tanya Ayah “Aduh sampai lupa, perkenalkan ini Ray teman Sinta” Sinta memperkenalkan Ray “Teman atau demen” kata Kak Raka “Aduh kak, temen kok” kata Sinta “Ya sudah, kalian makan dulu gih, bunda dan mbok udah masak makanan kesukaan kamu” kata bunda “kak Putri juga yang bantu” kata kak Putri “Tidak mungkin” kata Sinta ledek “sudah sudah sana kamu makan, jangan lupa ajak temanmu” kata Ayah “ iya Yah” kata Sinta. Mereka semua merayakan ulang tahun Sinta dengan ceria hingga Ray pulangnya kesorean “Makasih ya” kata Sinta “Untuk ?” kata Ray “Semuanya” kata Sinta sambil tersenyum “Iya, ya sudah aku pulang dulu” kata Ray pamit “hati – hati ya “ kata Sinta, Sinta melambaikan tangan dan Ray hanya membalas dengan senyum sehingga akhirnya Ray hilang dari hadapan Sinta dan Sinta masuk ke rumah.
Pagi hari ini sangat cerah secerah hati gadis berambut panjang ini. Dia sudah siap untuk mengawali hari barunya di umur barunya. Ketika dia sampai di lantai bawah dia melihat seorang sedang menunggu “Ray” kata Sinta terkejut ketika mengetahui kalau itu Ray “Pagi Sinta” kata Ray sambil tersenyum “kamu ngapain pagi – pagi gini ke rumahku” kata Sinta bingung “mau maling” kata Ray bercanda “Haa...” kata Sinta terkejut “mau maling hati kamu” kata Ray gombal “Astaga, pagi – pagi udah gombal, aku serius nih kamu ngapain pagi – pagi gini ke sini ? “ kata Sinta penasaran “Mau jemput kamu” kata Ray “Aku dilarang...” belum selesai Sinta berbicara bundanya datang “Siapa bilang kamu di larang sayang ?” kata bunda “eh.. bunda “ kata Sinta “kamu boleh kok pergi bareng nak Ray, kasihan dia dari tadi nungguin kamu” kata bunda “ya sudah Sinta berangkat dulu ya bun, Assalamualaikum” kata Sinta sambil berpamita dengan Bundanya. Selama perjalanan tak ada perbincangan antara mereka berdua. Akhirnya Ray memulai berbincangan “Sin” kata Ray “Iya, ada apa Ray ?” kata Sinta “kamu kemarin bahagia gak ?” kata Ray bertanya “lumayan bahagia, emang ada apa ?” kata Sinta bingung “katanya kamu kemarin banyak masalah karena tak ada yang ingat ulang tahun kamu nah buktinya mereka ternyata bikin kejutan buat kamu” kata Ray, di perjalanan mereka berbincang dan bercanda tawa sampai akhirnya mereka tidak sadar jika mereka sudah sampai di sekolah. Mereka berdua menelusuri lorong sekolah  bersama – sama sampai akhirnya Rani dan geng lolipop melihat mereka “Aduh, makin hari mereka makin mesra” kata Vio “Aduh Vio” kata Jesika “Ran, lihat mereka masa sih mereka berdua bilang gak jadian buktinya mereka ke sekolah bareng” kata Sasha “Bener juga yang di bilang Sasha” kata Rani dalam hati. Tidak terasa bel tanda masuk berbunyi seluruh murid masuk ke kelas masing – masing, seperti biasa kelasnya Sinta pasti ribut dan tiba – tiba ketukan langkah kaki terdengar seisi kelas langsung duduk dengan rapi karena mereka yakin kalau itu langkah guru dan ternyata tidak salah lagi.
Tak terasa 1 bulan berlalu, hubungan persahabatan antara Sinta dan Rani belum juga akur. Makin lama Rani makin benci dengan Sinta dan Sinta berharap suatu saat Rani bisa sadar kalau semua ini hanya kesalah pahaman. Setiap pagi Ray selalu menjemput Sinta untuk ke sekolah, sama seperti hari ini. Sinta masih menunggu Ray di depan gerbang rumahnya, tidak lama Ray datang “Sorry telat tadi agak macet” kata Ray dengan keringat bercucuran di dahinya “gak papa, kamu keringatan” kata Sinta sambil mencari tissue dan mengelap dahi Ray, “Ya sudah kita berangkat takutnya nanti kita telat” kata Ray. Di perjalanan seperti biasanya hening tak ada suara dan pasti Ray yang selalu memulai percakapan sampai akhirnya mereka sampai di sekolah. Tiap hari mereka berjalan di kolidor sekolah berduaan. Tidak terasa bel masuk berbunyi ya seperti biasa murid – murid masuk ke kelas masing – masing dan memulai proses belajar mengajar. Tidak terasa bel istirahat berbunyi “Aduh capek juga ya duduk” kata Sinta “Iya, aku juga” kata Ray “Kita kekantin yuk” kata Sinta “Yuk”. Setiap jam istirahat mereka berdua ke kantin sedangkan Rani pergi menemui geng lolipop tidak sengaja Rani mendengar pembicaraan geng lolipop “Ini dia yang gue tunggu – tunggu, Rani udah mulai lebih percaya dengan kita dengan begitu gue lebih mudah dapatin Ray atau Alex” kata Sasha “Iya, dia jg percaya kata yang pernah gue tanya kalau Sinta nerimah Ray padahal tidak” kata Jesika “Jadi selama ini Sinta dan Ray tidak pacaran ini hanya akal – akalan mereka, aku harus minta maaf kepada mereka berdua” kata Rani sambil berlari mencari Sinta dan Ray dan akhirnya dia menemui mereka berdua di kantin “Sin, maafin aku selama ini, aku salah sama kamu, aku salah paham sama kamu dan Ray dan aku sudah tau yang sebenarnya” kata Rani sambil berlutut “Sudah sudah aku udah maafin sebelumnya” kata Sinta sambil tersenyum “Aku juga udah maafin kamu” kata Ray “Bahkan aku masih anggap kamu sahabat” kata Sinta “Makasih ya” kata Rani, akhirnya mereka baikan dan kembali bersahabatn. Tak terasa bel pulang berbunyi seluruh siswa siswi berhamburan keluar, geng lolipop menghampiri Rani “ehh... Rani kok kamu sama dia sih ?” kata Sasha bingung “Aku udah tau semuanya kalau selama ini kamu cuman mempermainkan aku” kata Rani langsung berlalu. Di tengah lapangan Ray menyatakan kembali perasaannya kepada Sinta dan Sinta menerimanya “Selamat ya sama kalian” kata Rani “Iya, Aku tau nanti suatu saat kamu punya pasangan kok” kata Sinta “Jadi kita langgar dong janji kita” kata Rani dan mereka semua tertawa tiba – tiba Alex datang dan menyatakan perasaannya kepada Rani bahwa selama ini dia diam – diam suka dengan Rani  dan akhirnya mereka jadian. Akhirnya mereka memiliki pasangan masing – masing sampai akhirnya mereka lanjut ke jenjang kuliah.....

SELESAI