Minggu, 30 Maret 2014

PERSAHABATAN HANCUR HANYA KARENA KESALAH PAHAMAN



PERSAHABATAN HANCUR HANYA KARENA KESALAH PAHAMAN

                Di cuaca yang sangat cerah ada 2 seorang sahabat yang sedang berjalan menelusuri lorong sekolah. Kedua sahabat itu bernama Sinta dan Rani, mereka sudah bersahabat sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau bisa di sebut SD dan sekarang mereka telah duduk di bangku SMA kelas 10. Mereka berdua sangat  dikenal seisi sekolah, Sinta dikenal karena kepintarannya dan Rani dikenal karena kecantikannya, bukan berarti Sinta jelek tapi dia cantik juga dan pintar. Bukan hanya itu mereka juga dikenal karena persahabatan mereka yang langgeng.
Pada hari ini tak disangka ada murid baru yang masuk di sekolah mereka. Murid itu bernama Ray dan berasal dari Amerika. Ray pindah ke Indonesia di sebebkan kerena kedua orang tuanya ada tugas di sini. Seisi sekolah sangat tergila – gila dengan cowo itu.  “Baru aja jadi anak baru langsung di gila – gilain sama cewe sekolah”, kata Sinta. “ Tapi memang dia pantas digila – gilain karena dia ganteng banget, aku saja langsung suka sama dia”, kata Rani. “Aduh Rani, kitakan sudah janji gak akan pacaran sampai kita kuliah”, kata Sinta. “Iya, aku tau. Aku tidak akan langgarnya kok”, Kata Rani sambil tersenyum tipis ke Sinta. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 06.30. “Tidak lama lagi bel sekolah berbunyi”, kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. “Kita hitung bareng yuk”, kata Rani sambil tersenyum kepada Sinta. Memang kebiasaan meraka tiap beberapa detik lagi bel tanda masuk berbunyi pasti mereka hitung mundur dari 10. “10”, kata Sinta. “9”, kata Rani, “8”, kata Sinta. “7”, kata Rani. “6”, kata Sinta. “5”, kata Rani. “4”, kata Sinta. “3”, kata Sinta. “2” kata Rani. “Dan 1” kata mereka berdua, tepat ketika mereka selesai menghitung bel tanda masuk berbunyi.
Di kelas masih agak riuh karena guru belum datang, tapi tak lama bukan guru yang datang tapi kepala sekolah bersama seorang cowo dan itu ternyata Ray. “Yes, kita sekelas dengan cowo itu”, kata Rani. “Aduh Rani, biasa aja kales”, Kata Sinta. “Emang napa kalau aku seneng, sirik ya lihat sahabatnya seneng atau gak seneng lihat sahabatnya seneng”, Kata Rani sambil memanyungkan mulutnya. “Aduh Rani, kamu tuh seperti anak kecil aja kan kita ini sahabat mana mungkin coba aku gak seneng lihat kamu seneng dan  kamu itu udah kelas 10 masa sih seperti anak kecil ngambeknya”, Kata Sinta. “Biarin”, Kata Rani tetap memanyunkan mulutnya dan melipat kedua tangannya. “Ayo dong sahabatku jangan ngambek, senyum dong”, kata Sinta sambil tersenyum tipis ke arah Rani. Akhirnya Rani tersenyum kepada Sinta dan Rani tidak ngambek lagi. “Gitu dong”, kata Sinta sambil tersenyum, Rani hanya membalas dengan senyum. “Anak – anak perkenalkan ini Ray mereka teman baru kalian yang baru pindah dari amerika”, kata Pak Kepala Sekolah. “Perkenalkan nama saya Ray Prasetya kalian bisa panggil saya Ray dan saya berasal dari Amerika”, kata Ray. “Kok kamu bisa bahasa indonesia ?”, Kata salah satu murid di kelas itu. “Aku sebenarnya lahir di Indonesia dan pernah tinggal selama 1 tahun di Indonesia cuman setelah itu aku dan keluarga pindah ke Amerika karena Amerika adalah kampung ibuku”. “ohh....”, kata semua murid. “Baiklah, kalau begitu kamu duduk di sana”, kata Pak Kepala Sekolah sambil menunjuk salah satu bangku yang kesong. “Baik pak”, kata Ray. “Sinta, dia duduk di sebelah aku”, kata Rani sambil seneng kegirangan. “iya, syukurlah”. Sambil tersenyum melihat tingkah sahabatnya. Bersamaan dengan duduknya Ray, gurupun datang dan berlangsunglah proses belajar mengajar.

Tak terasa bel tanda istirahat berbunyi semua murid berhamburan, ada yang ke kantin, ke taman sekolah atau hanya di kelas saja. Tiba – tiba keluar sebuah kata dari mulut Ray. “Hai, boleh kenalan”, kata Ray. Rani kegirangan karena dia di sapa oleh Ray. “Hai juga, boleh kok” kata Rani sambi tersenyum dan mengulurkan tangannya tapi apa yang terjadi Ray malah mengulurkan tangannya bukan untuk Rani tapi Sinta. “Nama aku Ray, kalau nama kamu siapa cantik”, kata Ray sambil tersenyum. “Nama aku Sinta”, kata Sinta sambil tersenyum. “Nama yang cantik”, kata Ray. “Makasih, mmm.... Kenalkan ini sahabat aku namanya Rini”, kata Sinta sambil melirik sahabatnya. “Hai, aku Rini”, kata Rini sambil tersenyum agar menutupi kekesalannya. “Aku Ray”, kata Ray. “Ya sudah, kami berdua duluan ya”, kata Sinta sambil tersenyum tipi. Mereka berduapun berlalu dari hadapan Ray. Di perjalanan ke kantin mereka berdua bertemu dengan Alex. Alex adalah cowo terkenal di sekolah mereka tapi sayangnya mereka beda kelas, Rani sebenarnya diam – diam suka sama Alex tapi dia sudah janji dengan sahabatnya untuk tidak akan pacaran sampai mereka selesai SMA dan begitu juga dengan Alex, Alex diam – diam suka tapi bukan sama Rani tapi dengan Sinta.
“Hy Alex”, kata Rani. Alex hanya mengabaikan sapaan itu, Alex pun nyapa Sinta. “Hy Princessku”, Kata Alex. Rani ‘menyangka dirinya yang disapa, “Makasih udah bilangi aku princess”, kata Rani sambil senyum – senyum tidak jelas, “yee... siapa juga yang bilangi kamu princess ?”, kata Alex, “kamu tadi barusan sama balik aku terus kamu pakai nama princess”, Kata Rani, “Orang bilangi Sinta”, Kata Alex, “iiihhh...”, kata Rani langsung pergi entah kemana, “Alex..”, kata Sinta, “ada apa princessku ?”, Kata Alex, “kamu tuh... ahhh...”, kata Sinta dan langsung berlalu dari hadapan Alex. Terlalu buru – burunya Sinta dia tidak sengaja menabrak seseorang dan orang itu adalah Kevin, Kevin merupakan cowo yang  jatuh cinta dengan Sinta sejak mereka duduk di bangku SMP kelas 8. “ehh... Kevin, maaf ya. Aku buru – buru”. Sebelum Kevin menjawab Sinta langsung berlalu. “Rani kemana sih ? dia pasti marah karena selama satu hari ini dia di kacangi sama cowo dia gila – gilain, mana lagi waktu istirahat udah mau selesai”, kata Sinta sambil melihat ke sekelilingnya. Tidak lama Sinta selesai bicara bener sekali bel tanda istirahat usai berbunyi semua murid riuh masuk ke kelas masing – masing tapi Sinta masih bertekad untuk mencari sahabatnya. Karena Sinta sudah lelah mencari sahabatnya yang entah kemana dia pun putus asa dan kembali ke kelas, dia yakin kalau di kelas pasti sudah ada guru. Bener sekali perkiraan Sinta guru sudah mulai menjelaskan, tidak sengaja dia melihat Rani duduk di bangkunya, “Ya Allah... Aku keliling cari dia tapi malah udah ada di kelas”, kata Sinta sambil mengelah nafas. Sinta masuk ke kelas dengan perasaan yang tidak karuan. “permisi bu”, kata Sinta gugup, “kamu kenapa telat masuk kelas ?”, kata bu guru, karena Sinta tak ingin Rani dapat masalah dia pun berbohong  “tadi saya abis ke kantin bu”, kata Sinta dengan kebohongannya, “kamu tau kan kalau sudah bunyi bel harus langsung masuk kelas kalau tidak dapat sanksi ?”, kata bu guru, “tau bu”, kata Sinta sambil menunduk dan sekilas melirik ke Rani, “kamu sudah tau kenapa tidak langsung masuk malah nongkorong di kantin ?”, kata bu guru agak membentak, “tadi...” kata Sinta yang di potong oleh bu guru, “Tidak usah banyak alasan kalau begitu sebagai sanksinya kamu berdiri di depan tiang bendera sambil hormat sampai jam pulang”, kata bu guru membentak, “baik bu”, kata Sinta sambil berjalan dan menunduk. “Kamu tidak kasihan lihat dia di hukum ?, diakan sahabat kamu”, kata Ray, Rani tidak merespon pertanyaan dari Ray. “Aku kasihan sama dia tapi aku iri sama dia kenapa orang pada perhatian sama dia di banding aku”, kata Rani dalam hati


Bel tanda pulang berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas kecuali Ray dan Rani, mereka berdua masih dalam kelas. Entah mereka ingin berbuat apa di kelas berdua, tidak beberapa lama Ray mengambil tas Sinta dan langsung bergegas keluar kelas. “Aku yakin dia pasti mau samperin Sinta atau yang lain, yang penting dia tuh perhatian banget sama Sinta sejak dia sekolah dan masuk kelas ini”, kata Rani dalam hati. Dugaan Rani benar Ray menghampirin Sinta yang masih berdiri di depan tiang bendera. Tak lama Ray sampai di tempat tersebut tiba – tiba Sinta jatuh pingsan, Ray pun menggotong Sinta ke UKS. “Siapa sih dia ? berani banget menggotong princess gue”,kata Alex, “sepertinya dia itu murid baru di sekolah ini”, kata Sami. Alex mempunya 2 sahabat tapi mereka itu di jadiin kacung dengan Alex, mereka berdua itu Sami dan Tara. Di UKS hanya ada mereka berdua yaitu Ray dan Sinta, Ray masih menunggu Sinta sadar dan tidak lama Sinta sadar, “Aku dimana ?”, kata Sinta “Di UKS”, kata Ray. Ketika keadaan Sinta membaik mereka keluar dari ruang UKS, “Aku antar pulang ya ?”, kata Ray “tidak usah, aku bisa pulang sendiri”, kata Sinta dengan nada menolak “tapi kamu baru saja baikan”, kata Ray “kalau kamu memaksa, ya sudah”, kata sinta dengan nada pasrah. Sinta pulang dengan diantar Ray menggunakan motor ninja nya. Sesampai depan rumah Sinta “Makasih ya atas semuanya”, kata Sinta sambil turun dari motor “biasa aja kali, ya sudah aku pulang dulu”, kata Ray, tidak lama Ray menghilang dari hadapan Sinta, Sinta pun masuk ke dalam rumahnya. Sinta melihat ke sekeliling rumah tapi terlihat sepi tiba – tiba dimelihat Mbok Ina pembantu rumahnya, “mbok, orang – orang pada kemana ?”, kata Sinta agak sedikit bingung “nyonya pergi arisan non, kalau tuan belum pulang dari kantor” kata Mbok Ina “kalau kak Raka mana dan Kak Putri ?”, kata Sinta menanyakan kedua kakaknya “sepertinya belum pulang dari kuliah non” kata Mbok Ina “ya sudah, kalau ada yang cari aku ada di kamar ya mbok” kata Sinta berjalan menuju lantai dua karena kamar miliknya berada di lantai dua “baik non” kata Mbok Ina. Sinta berjalan menuju kamarnya dengan lesu dan sepertinya dia capek, sesampai di kamarnya dia masuk dan melentangkan dirinya di atas kasur “rumah terasa sepi hanya aku dan Mbok Ina”, kata Sinta.
Pada pagi itu suara alaram yang membangunkan Sinta dan gadis itu bergegas mandi dan siap – siap berangkat ke sekolah. Selesai dia berpakaian gadis itupun turun ke lantai bawah dan menuju ke ruang makan. “Pagi Semua”, kata Sinta dengan riang “Pagi sayang”, kata kedua orang tuanya sambil tersenyum tipi ke anak bungsunya “Pagi bawel” kata kedua kakaknya “iiihhh... kakak”, kata Sinta kesel “Sudah sudah, kamu sarapan dulu sayang”, kata Bunda kesayangan Sinta “Nanti aja di kantin aku takut telat, ya sudah aku diantar sama siapa ?”, kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya “Pak Barjo aja ya sayang” kata Bundanya lagi “masa sama Pak Barjo lagi aku pengennya sama ayah”, kata Sinta manja “Maaf sayang, ayah tidak bisa soalnya ada urusan jadi beda jalur”, kata Ayahnya “Kalau begitu kamu sama kakak aja ya bawel”, kata kakaknya yang cowo atau bisa di sebut Kak Raka “ya sudah aku sama Kak Raka aja tapi ada satu syarat”, kata Sinta “apalagi sih syaratnya, mau di antar aja bawel banget”, kata Kak Raka “aku tidak ingin di bilang bawel kalau sudah sampai sekolah, janji...” kata Sinta sambil menganjungkan jari kelingkingnya “Iya, janji ya sudah ayo berangkat nanti kakak telat”, Kata Kak Raka “ya sudah, aku berangkat dulu ayah bunda dan Kak Putri”, kata Sinta berpamitan dengan kedua orang tua dan kakaknya. Selama perjalanan tak ada sama sekali pembicaraan antar kedua saudara ini, mereka menuju ke sekolah menggunakan motor ninja merah milik kakak laki – lakinya. Tak terasa jalan yang mereka lalui akhirnya sampai di depan gerbang sekolah Sinta yang bertuliskan SMA NEGERI 1 JAKARTA. Sinta pun memulai pembicaraan sebelum kakaknya pergi “Makasih ya kak” kakaknya hanya membalas dengan senyum manis ke adik bungsunya.
Barusan hari ini gadis tersebut menelusuri lorong sekolah dengan sendiri tanpa di temani oleh sahabatnya, biasanya sih dia menunggu Sinta datang di gerbang sekolah tapi kali ini dia tidak ada. “Apa jangan – jangan dia masih marah lagi sama aku soal kemarin” kata sinta khwatir, gadis tersebut mempercepat langkahnya menuju kelas tapi di tengah perjalanan menuju kelas dia di hadang oleh geng alay itu, siapa lagi kalau bukan geng lolipop yang terdiri dari Sasha ya bisa di sebut sebagai bosnya dan 2 kacungnya Jesika dan Vio, “Aduh, buru –buru amet sih” kata Sasha “baru aja pagi – pagi udah cari gara – gara kalian” kata Sinta kesel, ketika Sinta hendak melanjutkan langkahnya tetap saja si geng lolipop tetap menghadang dia “mau kalian apa sih ?”, kata Sinta “mau aku hanya 1 jauhi Alex, itu aja kok gak susah” kata Sasha dengan angkuhnya “Ok, aku akan jauhi dia dan sekarang biarkan gue lewat”, kata Sinta dengan nada tinggi “ya sudah, beri jalan dia” kata Sasha. Akhirnya Sinta melanjutkan langkahnya yang terhenti karena geng lolipop. Sesampai di ambang pintu kelas dia melihat Rani sedang duduk manis di bangkunya, gadis tersebut sedang membaca buku tapi entah buku apa, ketika langkah kaki Sinta baru melangkah untuk menghampiri sahabatnya tiba – tiba dia di tarik oleh seseorang. Aduh, siapa lagi kalau bukan Alex. “Mau kamu apa, Lex?”, kata Sinta geram “Mau aku, ya Kamu”, kata Alex dengan genitnya “tolong jauhi aku”, kata Sinta sambil berlalu dari hadapan Alex. Sinta kembali ingin menghampiri sahabatnya “Hai Ran” kata Sinta dengan lembut, sedikitpun tak ada respon dari Rani “Kamu marah sama aku?”, kata Sinta mencoba memastikan dengan memberanikan diri Rani membuka mulut dan berbicara dengan Sinta “Asal kamu tau aku tuh sayang sama kau dan percaya tapi kenapa balasan kamu tuh gini”,kata Rani dengan nada tinggi “Aku tidk mengerti Ran”, kata Sinta bingung “kamu itu pura – pura gak tau atau gimana sih” kata Rani mulai kesel “Jujur aku gak mengerti” kata Sinta makin bingung “Aku tuh iri sama kamu kenapa harus kamu yang di sayang oleh banyak orang sedangkan aku tak ada pun satu yang sayang dengan aku” kata Rani yang mulai menetaskan air matanya “Siapa bilang tidak ada yang sayang sama kamu, ada kok” kata Sinta sambil menghapus air mata sahabatnya “Siapa ?” kata Rani terisak “Aku, aku sayang kok sama kamu, meski orang lain tidak sayang sama kamu tapi aku sayang sama kau. Itulah gunanya sahabat” kata Sinta sambil tersenyum manis kepada Rani, akhirnya mereka baikan dan saling berpelukan, tidak lama mereka selesai pelukan bel tanda masuk berbunyi “Yah...” kata Rani kecewa “kenapa” kata Sinta bingung  “Bel udah berbunyi tapi kita belum menghitung mundur” kata Rani cemberut “Tenang aja, masih ada hari esok” kata Sinta sambil tersenyum
Proses belajar mengajar telah berlangsung semua murid memperhatikan penjelasan dari pak guru. “Aduh, perut aku sakit. Sepertinya aku tadi belum sarapan” kata Sinta sambil memengang perutnya “kamu kenapa Sin?” kata Rani agak bingung melihat tingkah sahabatnya “Aku gak papa kok” kata Sinta sambil berusaha mengembangkan senyumnya. Tidak teras bel tanda istirahat berbunyi semua murid bersorak gembira.  “Ran, kamu mau ke kantin gak ?” kata Sinta “emang ada apa Sin ?” kata Rani “Aku belum sarapan dari tadi” kata Sinta lemas “Aduh, aku tadi di suruh sama bu guru untuk bantu dia urus berkas anak –anak” kata Rani “Ya sudah, aku pergi sendiri saja ya” kata Sinta sambil berjalan. Suasana kantin sangat berbeda dari biasanya, yang dulu bangku kantin sangat penuh malah sekarang kebanyakan kosong. Sinta menikmati makanan yang ada di hadapannya, gadis itu terlihat sangat sedih karena tak ada yang menemaninya. Tiba – tiba ada yang menepuk pundak Santi. “Kamu” kata Santi terkejut “iya, ada yang salah” kata orang tersebut “gak ada sih” kata Santi sambil tersenyum “aku boleh duduk di bangku ini” kata orang tersebut “silahkan” kata Santi mempersilahkan orang itu duduk “mmm... bagaimana keadaanmu?” kata orang tersebut “ya seperti yang kamu lihat sekarang aku udah membaik, makasih Ray kemarin udah nolong aku dan antar aku pulang” kata Santi tersenyum, ternyata orang yang dari tadi Santi berbicara Ray toh. “iya, sama –sama” kata Ray sambil tersenyum. Ternyata dari kejauhan Rani melihat Sinta dan Ray berduaan, apa Rani akan marah dengan Sinta, Ranipun menghampiri Sinta. “Rani” kata Sinta terkejut ketika melihat Rani ada di hadapannya “yang kamu lihat ini salah paham” kata Sinta agak sedikit gugup “kamu jangan marah ya” kata Sinta menunduk “Siapa juga yang marah, aku cuman mau bilang boleh gabung gak” kata Rani sambil tersenyum “jadi kamu tidak marah sama aku” kata Santi untuk memastikan “buat apa coba aku marah, jadi aku boleh gabung gak ?” kata Rani “tentu boleh, apa sih yang enggak buat sahabatku” kata Sinta tersenyum “Kacang....kacang” kata Ray agak sedikit berteriak “eh Ray, sorry aku gak bermaksud untuk kacangi kamu” kata Sinta “Iya, aku boleh minta tolong gak” kata Ray “minta tolong apa Ray ?” kata Sinta penasaran “kamu senyum dong, soalnya senyum kamu itu manis” kata Ray menggombal “bisa aja kamu” Kata Sinta tersipu malu. Mereka bertiga berbincang – bincang dan ada juga di sertai canda tawa, tak terasa bel tanda masuk berbunyi seluruh siswa siswi masuk ke kelas masing –masing .
Tidak di rasa bel tanda pulang berbunyi semua murid bersorak gembira. “Ya sudah, anak –anak sampai sini dulu pembelajaran kita nanti lain waktu kita lanjut”, kata Bu Guru sambil keluar dari kelas “Sin, loe mau pulang bareng aku gak ?” kata Ray “Maaf Ray, Aku mau pulang bareng Rani” kata Sinta tersenyum “Ya sudah, aku duluan ya” kata Ray dengan nada kecewa “Kok kamu tolak ?” kata Rani bingung “Kan aku mau pulang bareng sahabatku” kata Sinta sambil merangkul sahabatnya. Mereka pulang dengan motor milik Rani tapi di kendarai dengan Sinta. Di perjalanan terjadi pembicaraan antara mereka berdua, “Sin, kenapa kamu gak bawa motor aja ke sekolah ? apalagi kamu pintar mengendarainya” Rani bertanya pada sahabatnya “Aku belum di perbolehin dengan ayah dan bunda” kata Sinta dengan nada cukup seperti berteriak karena keseriusan mereka berbincang sehingga mereka tak sadar kalau sudah sampai di depan gerbang rumah Sinta “Thanks ya Sahabatku” kata Sinta sambil tersenyum “Biasa aja kali, ya sudah aku pulang dulu ya” kata Rani berpamitan denga Sinta “Enggak mempir dulu” kata Sinta menawarkan “lain waktu saja ya” kata Rani. Rani pun menyalakan mesin motornya dan berlalu dari hadapan sahabatnya. Sinta berjalan memasuki halaman rumahnya dengan lesu “Aku yakin pasti di rumah hanya ada Mbok Ina dan aku rasa ngak ada yang ingat dengan ulang tahunku besok” kata Sinta dengan tertunduk lesu. Sinta membuka pintu rumahnya dan perkiraannya benar rumah terlihat sepi tidak ada sama sekali orang yang dia lihat tanpa berpikir panjang gadis tersebut langsung ke kamarnya, ketika hendak ingin menaiki anak tangga tiba – tiba terdengar suara yang memanggil namanya, Sinta pun berbalik badan dan benar ada yang memanggil, yang memanggil dirinya ada Mbok Ina “Non Sinta” kata Mbok Ina “Aduh, aku kira siapa mbok yang panggil aku, ada apa mbok ?” kata Sinta terkejut “Non baru pulang” kata Mbok Ina dengan menatap Sinta “Iya mbok, ya sudah saya mau ke kamar, saya capek” Kata Sinta hendak ingin menaiki anak tangga “non ingin di buatin makanan ?” kata Mbok Ina “gak usah mbok, td udah makan di kantin sekolah” kata Sinta menaiki anak tangga. Ketika sampai di ambang pintu kamarnya Sinta langsung membuka pintu kamarnya dan masuk, seperti biasanya gadis itu langsung membentangkan dirinya di atas kasurnya.
Keesokan harinya Sinta lebih ceria hari ini karena hari ini adalah hari spesial bagi dia yaitu hari ulang tahun dia, dia ingin semua seisi rumah tau kalau hari ini hari spesial baginya dengan segera dia bergegas mandi selesai mandi gadis tersebut berdandan dengan lebih anggun dari biasanya selesai itu gadis tersebut menurunin anak tangga satu persatu dengan lebih ceria dan anggun. “Selamat Pagi semua” kata Sinta dengan semangatnya yang luar biasa tapi semangat itu rapuh ketika dia tau kalau tak ada seseorangpun di rumah kecuali dirinya dan mbok Ina. “Mbok, yang lain kemana ?” kata Sinta dengan penuh pertanyaan “tuan udah berangkat kantor lebih pagi, nyonya katanya ada urusan mendadak jadi harus keluar kota, kalau den raka gak pulang dari tadi malam dan non Putri pergi lebih awal ke kampus” kata Mbok Ina menjelaskan panjang lebar “Terus aku berangkatnya bareng siapa ?” kata Sinta cemberut “sama Pak Barjo kata tuan non” kata Mbok Ina “Ya sudah, tapi Mbok Ina ingat gak hari ini hari apa ?” kata Sinta sambil tersenyum lebar dan berharap Mbok Ina mengetahuinya “Hari rabu non, emang ada apa non ?” kata Mbok Ina bingung “Yah... Tidak ada yang ingat sama sekali kalau hari ini hari ulang tahun aku” kata Sinta dalam hati “non kok malah bengong, ayo dong berangkat nanti telat” kata Mbok Ina “Ya, sudah aku berangkat dulu ya mbok” kata Sinta berpamitan. Di perjalanan Sinta hanya cemberut dan tak ada suara sama sekali sampai gadis tersebut sampai di gerbang sekolah. Gadis tersebut berharap sahabatnya tidak lupa akan hari ini agar dia bisa agak senang sedikit. Gadis itu sepertinya lagi mencari seseorang dan ternyata tepat sekali Sinta lagi mencari Rani, dia menelusuri lorong sekolah dan melirik ke sana sini biar batang hidungnya pun gak kelihatan, dengan kecewa Sinta menuju ke kelasnya. Sampai di ambang pintu kelas dia melihat ke sekelili kelas tapi tetap saja tidak menemukan Rani “Apa Rani belum datang ? tapi gak biasanya dia telat” kata Sinta bingung. Dengan berat hati dia menunggu sahabatnya itu di kelas, suasana kelas saat ini seperti biasa ribut dan kacau. Sinta hanya duduk termenung di bangkunya dan tak ada satu orang pun yang mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN SINTA atau HAPPY BIRTHDAY, dia yakin kalau hari ini tidak ada satu orang pun yang ingat terhadap ulang tahunnya. Gadis ini sangat kecewa ke semua orang terutama keluarga dan sahabatnya karena tak yang memperhatikannya, mereka semua hanya mementingkan urusan masing – masing, apakah itu Ayahnya, Bundanya, Kakaknya atau Sahabatnya. “Dari pada di kelas mendingan ke kantin aja” kata Sinta sambil melangkahkan kakinya keluar kelas dan menuju kantin. Sesampainya di kantin dia tak menemukan siapa – siapa, “Malang betul nasibku di hari ulang tahunku, tak ada satu orang pun yang ingat dengan hari ini” kata Sinta kecewa tak lama selesainya Sinta berbicara tiba – tiba ada suara “Siapa bilang tidak ada yang ingat”. Sinta pun membalikkan badannya dan ternyata adalah Sahabatnya sendiri bersama Ray yang sedang membawa kue ulang tahun dan kado “Happy Birthdaya sahabatku” kata Rani sambil memeluk Sinta “Makasih ya sahabatku” kata Sinta sambil terharu “Selamat Ulang Tahun ya Sinta” Kata Ray sambil menyodorkan kue ulang tahunnya “Tunggu, kamu tau dari mana hari ulang tahun aku ?” kata Sinta bingung “Dari sahabat kamu, ya sudah tiup dong lilinnya” kata Ray sambil tersenyum tipis “Jangan lupa doa dulu sebelum tiup lilin” kata Rani, gadis itu pun memejamkan matanya sambil mengucapkan doanya setelah itu, dia meniup lilinnya “Makasih ya Rani” kata Sinta memeluk sahabatnya “Aku juga mau dong di peluk” kata Ray manja “yee... tidak boleh, sana cari teman cowo kamu” ka Rani sambil menjulurkan lidahnya “sudah sudah tidak lama lagi bel, kita ke kelas yuk” kata Sinta sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Bener saja yang di katakan Sinta, ketika mereka hendak menuju kelas bel sudah berbunyi dan semua murid termasuk mereka bertiga berlarian menuju kelas masing – masing. Tak lama guru pun datang dan proses belajar mengajar telah di mulai dan tepat hari ini mata pelajaran Matematika, pelajaran yang di bosanin anak – anak kecuali Sinta, gadis ini sangat menyukai pelajaran itu.
Waktu yang di tunggu anak – anak tiba yaitu bunyi bel karena ingin terbebas dari mata pelajaran Matematika. Gadis berambut panjang ini bukannya seneng mata pelajaran Matematika berakhir tapi malah sedih, dia sedih karena dia sangat menyukai pelajaran Matematika. Belum selesai Sinta membereskan barang – barangnya tiba – tiba ada yang menghampirinya. “Hai Sin” kata Ray sambil melempar senyum ke Sinta dan Sinta hanya membalas dengan senyum “boleh ikut aku gak ?” kata Ray “mau kemana ?” kata Sinta penasaran “itu rahasia, mau atau tidak” kata Ray mengulang  permintaannya yang tadi “ya sudah aku....” belum selesai Sinta mengucapkannya Ray langsung menarik tangannya, adegan ini di saksikan oleh semua murid sekolah terutama cewe yang menggila – gilakan Ray. “Kamu mau bawa aku kemana ?” tanya Sinta penuh penasaran “ikut aja” kata Ray sambil tersenyum. Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan “ngapain kamu bawa aku ke sini ?” kata Sinta sambil melirik sekelilingnya, ternyata Ray membawa Sinta ke taman belakang sekolah “Ayo sini duduk” kata Ray, Sinta tak bergerak dia hanya melamun melihat sekelilingnya “Ayo” kata Ray menarik tangan Sinta. Mereka berdua sedang duduk di pinggir danau, emang sih taman belakang sekolah mereka dekat dengan danau “Ternyata selama ini pemandangan di sini indah juga” kata Sinta kagum “Kamu baru tau keindahan tempat ini ?” kata Ray, Sinta hanya mengangguk tanda dia menjawab iya, “Aku juga baru tau kemarin” kata Ray sambil tersenyum kepada Sinta “Sin, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” kata Ray “ngomong aja Ray” kata Sinta tersenyum “Sebenarnya sejak pertama ku melihatmu aku sudah suka sama kamu dan lama – kelamaan aku jadi jatuh cinta sama kau” kata Ray “Jadi, di hari ulang tahun kamu, kamu mau gak jadi pacar aku ?” kata Ray, ketika mendengar kalimat itu Sinta begitu kaget dan menatap dalam – dalam Ray. Ternyata dari tadi mereka di ikuti oleh geng lolipop “Gue punya ide buat hancurin persahabatan mereka berdua” kata Sasha “Mereka berdua itu siapa” kata Vio bingung “Aduh Vio, kamu lemot lagi ya” kata Jesika, Vio hanya tersenyum lebar “Yang dimaksud itu Sinta dan Rani” kata Jesika menjelaskan “Jes, kamu pergi panggil Rani dan ngomong gini ke dia” kata Sasha sambil membisikkan sebuah kalimat ke telinga Jesika, setelah itu Jesika melaksanakan tugas dari Sasha. “Aduh mana sih Rani ?” kata Jesika melihat ke sekelilingnya, ketika dia melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri di kantin dan itu adalah Rani, Jesika pun menghampiri Rani “Hai Rani” kata Jesika, Rani hanya membalas sapaan itu dengan senyum “Kok kamu sendiri, sahabat kamu mana ?” kata Jesika “tidak tau kemana, dia tadi bersama Ray” kata Rani lesu “berarti aku gak salah lihat tadi” kata Jesika memulai rencananya “Apa maksud kamu Jes ?” kata Rani penasaran “Tadi aku lihat Ray dan Sinta ke taman belakang dan Ray nembak Sinta lalu...” belum selesai perkataan Jesika, Rani langsung memotongnya “Lalu apa Jes ?” kata Rani penuh dengan penasaran “Lalu Sinta terima dan mereka   pelukan dan terus duduk di tepi danau” kata Jesika penuh dengan kebohongan licik “Itu tidak mungkin, aku dan Sinta sudah janji gak boleh pacaran sampai kami ke jenjang kuliah” kata Rani matanya mulai berkaca – kaca “Kalau tidak percaya ikut aku” kata Jesika. Rani pun mengikuti Jesika ke taman belakang dan di sisi lain antara Sinta dan Ray “Kamu lagikan bercandakan Ray” kata Sinta dengan senyum manisnya, Ray menggelengkan kepalanya dan itu maksud dari jawabannya “Aku serius cantik” Kata Ray “Tapi aku gak bisa Ray” kata Sinta menunduk “Kenapa ?” kata Ray “Aku udah janji ke Rani kalau kita berdua gak akan pacaran sebelum memasuki jenjang kuliah” kata Sinta, mata Sinta mulai meneteskan air mata dengan bersamaan sampainya Rani, dia melihat Ray memeluk Sinta “Gak papa kok kalau kamu gak mau” kata Ray membelai rambut Sinta, dengan perasaan kuat Rani menghampiri mereka berdua “Loe tega ya Sin” Kata Rani sambil menahan tangisanya “Rani” kata Sinta kaget dan melepaskan pelukan dari Ray “Loe itu udah nusuk gue dari belakang ya Sin” kata Rani, mata Rani mulai meneteskan air matanya. Dari kejauhan geng lolipop kesenangan “Ini mah adegan yang paling bagus gue lihat” kata Sasha dengan tawa liciknya “Iya, antara sahabat setia yang sebentar lagi hancur” kata Jesika. Sinta dan Ray tidak mengerti maksud dari Rani “Apa maksud kamu Ran ?” kata Ray “Loe gak usah bicara, yang gue tanya Sinta” kata Rani dengan nada tinggi “Jujur Ran, gue gak mengerti” kata Sinta bingung “Loe itu di tembak sama Ray kan dan kalian pacaran, kamu pernah janji sama aku Sin kalau kita gak boleh pacaran sebelum ke jenjang kuliah dan kamu sendiri yang melarang ku dulu untuk menggila – gilakan Ray dan sekarang kamu sendiri yang berbuat” kata Rani “Loe salah paham Ran, gue...” perkataan Sinta di potong “Loe gak usah bohong deh gue lihat sendiri loe pelukan dengan Ray” kata Rani amarahnya mulai memuncak “Ran, aku dan Sinta itu gak pacaran” kata Ray mulai untuk menenangkan Rani “aku gak percaya sama kalian terutama kamu munafik” kata Rani sambil menunjuk Sinta dan berlalu dari hadapan mereka berdua. “Aduh gimana nih Ray, Rani salah paham ?” kata Sinta khwatir. “Tenang, nanti kita selesaikan dan bicarakan dengan Rani kalau kita gak pacaran” kata Ray menenangkan Sinta. “Aku salah menilai mu selama ini San, aku kira kamu baik dan ternyata kau diam – diam munafik di belakang ku, aku benci sama kamu aku benci” kata Rani dalam hati sambil berjalan menuju kelas.  Bel tanda istirahat telah usai semua siswa siswi buru – buru masuk ke kelas masing – masing. Di kelas Sinta sangat bede karena sekarang dia duduk sendiri, mungkin karena Rani marah jadi dia pindah duduk “Kamu yang sabar aja ya Sin” kata Ray, Sinta hanya mengganguk dan tersenyum. Sekarang mata pelajaran biologi seluruh siswa siswi belajar dan memperhatikan dengan serius.
Tak terasa bel tanda pulang berbunyi seluruh siswa siswi bersorak gembira, seluruh siswa siswi berhamburan keluar kelas. Sinta masih di kelas, gadis ini sepertinya sangat sedih hari ini tanpa ragu – ragu Ray menghampiri gadis tersebut. “Kamu kenapa ?” kata Ray bertanya pada Sinta “Hari ini bagiku hari spesial tapi kenapa banyak masalah yang aku dapatkan ?” kata Sinta dengan mata yang berkaca – kaca “Maksud kamu apa ?” kata Ray bingung “Tadi di rumah terasa sepi semua orang mau itu ayah, bunda, kak Raka, kak Putri ataupun Mbok Ina tak ada yang mengingat hari ulang tahunku dan tapi aku sempat tersenyum karena kamu dan Rani mengingat ulang tahunku, tak lama senyumku terukir akhirnya ambruk karena kesalah pahaman Rani dan sekarang aku pusing persahabatanku yang begitu lama ku jalin begitu saja langsung ambruk” kata Sinta dengan tetesan air mata yang jatuh “Tenang Sin, aku yakin tuhan gak akan memberikan cobaan jauh dari kemampuan kita” kata Ray mencoba menenangkan Sinta sambil memeluk Sinta, gadis ini mendenggelamkan dirinya dalam dekapan cowo tersebut, ternyata dari tadi Rani ada di ambang pintu kelas “Aku hanya mau ambil buku yang tertinggal malah lihat adegan yang nyebalin” kata Rani kesel, tiba – tiba geng lolipop datang merasut pikiran Rani “Aduh mesra banget mereka berdua seperti juliet dan romeo” kata Vio “Masa sih di nusuk loe dari belakang Ran” kata Jesika “Mungkin ini rencana Sinta dari dulu, ingin menghancurin loe cuman di tutupi dengan keluguan dan kecantikan dia” kata Sasha yang mulai merasut pikiran Rani, Rani makin kesel ketika mengdengar kata Sasha, “Sa, aku boleh ikut geng kamu gak ?, gak papa kok kalau beda kelas” kata Rani bermohon “Korbon sudah mulai masuk jebakan, tinggal susun jebakan kedua dan hap hancur kamu Sinta dan Rani” kata Sasha dalam hati “Sa..” kata Rani “Iya, boleh kok” kata Sasha dan di sisi lain Sinta masih mendenggelamkan dirinya dalam dekapan Ray, “Wah, adegan yang sangat menarik” kata Rani sambil bertepuk tangan, Sinta langsung melepaskan dekapan cowo tadi “Tadinya mau ambil buku yang ketinggalan, eh malah lihat adegan yang seru, bagus bagus” kata Rani “Ran, apa yang kamu lihat ini salah paham” kata Sinta “Salah paham gimana na dari tadi aku lihat dari awal lagi, tenang aku cuman mau ambil buku nanti kamu bisa lanjut adegannya” kata Rani melangkah menuju bangkunya dan mengambil semua buku “Sekarang kalian boleh lanjut kok adegannya” kata Rani melangkah keluar kelas, Sinta mengambil tasnya dan mengejar Rani, Ray ikut mengejar takutnya nanti terjadi sesuatu yang tak di inginkan. “Ran, tunggu aku” kata Sinta mengejar Rani “Apa lagi Sin ?” kata Rani dengan nada malasnya “Aku pulang bareng kamu ya” kata Sinta sambil mengembangkan Senyum manisnya “Aduh, simpan aja tuh senyum busuk kamu dan satu lagi maaf aku mau pulang bareng” Rani tak melanjutkan perkataannya dia hanya menepuk tanganya dua kali dan “Bareng kita” kata Sasha “Kok kamu mau pulang bareng mereka ?” kata Santi bingung “Gue udah nemuin yang namanya sahabat sejati bukan sahabat makan sahabat” kata Rani dengan nada tinggi “Tapi..” tidak sempat Sinta melanjutkan perkataanya Rani dan Geng Lolipop pergi dari hadapannya. Gadis yang dulu periang dan selalu tersenyum sekarang jatuh terpuruk di lapangan, “Sinta, bangun. Loe tuh harusnya kuat” kata Ray menyemangati Sinta “Gue yakin suatu saat Rani nyesel gabung dengan mereka dan sekarang aku antar kamu pulang ya” kata Ray, Sinta tak sanggup berkata dia hanya mengangguk kan kepalanya.
Selama perjalanan pulang tak terjadi percakapan anatara mereka berdua, Sinta kelihatannya masih drop dan sedih. Sinta tetap tidak mengalihkan pandangannya, gadis ini tetap menatap luar kaca mobil yang hujan. Sesampai depan pintu gerbang rumah Sinta, Ray turun dan mengambil payung untuk Sinta dan menemaninya sampai depan pintu rumah. “Makasih ya” kata Sinta dan senyum tipisnya “Nah, gitu dong senyum, kamu kan cantik kalau senyum” kata Ray “Masuk dulu Ray” kata Sinta menawarkan “Tidak usah, lain kali aja” kata Ray “Ku mohon satu kali aja ya turuti permintaanku” kata Sinta memohon kepada Ray “Ya sudah, demi kamu deh” kata Ray tersenyum, Sinta hanya membalas dengan senyum juga. Ketika membuka pintu rumah tiba – tiba ada kejutan dari keluarga Sinta untuk ulang tahunnya. “Happy Birthday Sinta” kata semua orang yang memberi kejutan kepada Sinta, Sinta sangat terharu kejutan yang dia dapat “katanya kalian sibuk” kata Sinta bingung “Siapa yang bilang sayang ?” kata bunda Sinta bertanya “Mbok Ina” kata Sinta melirik ke Mbok Ina, “Maaf non, mbok di suruh bohong agar kejutannya non tidak tau” kata Mbok Ina “Makasih ya semuanya, aku kira kalian lupa dengan ulang tahunku ?” kata Sinta “Mana mungkin kakak, kak Raka, bunda dan ayah lupa sama kamu bawel” kata Kak Putri, kakak kedua Sinta “Sin, itu siapa ?” tanya Ayah “Aduh sampai lupa, perkenalkan ini Ray teman Sinta” Sinta memperkenalkan Ray “Teman atau demen” kata Kak Raka “Aduh kak, temen kok” kata Sinta “Ya sudah, kalian makan dulu gih, bunda dan mbok udah masak makanan kesukaan kamu” kata bunda “kak Putri juga yang bantu” kata kak Putri “Tidak mungkin” kata Sinta ledek “sudah sudah sana kamu makan, jangan lupa ajak temanmu” kata Ayah “ iya Yah” kata Sinta. Mereka semua merayakan ulang tahun Sinta dengan ceria hingga Ray pulangnya kesorean “Makasih ya” kata Sinta “Untuk ?” kata Ray “Semuanya” kata Sinta sambil tersenyum “Iya, ya sudah aku pulang dulu” kata Ray pamit “hati – hati ya “ kata Sinta, Sinta melambaikan tangan dan Ray hanya membalas dengan senyum sehingga akhirnya Ray hilang dari hadapan Sinta dan Sinta masuk ke rumah.
Pagi hari ini sangat cerah secerah hati gadis berambut panjang ini. Dia sudah siap untuk mengawali hari barunya di umur barunya. Ketika dia sampai di lantai bawah dia melihat seorang sedang menunggu “Ray” kata Sinta terkejut ketika mengetahui kalau itu Ray “Pagi Sinta” kata Ray sambil tersenyum “kamu ngapain pagi – pagi gini ke rumahku” kata Sinta bingung “mau maling” kata Ray bercanda “Haa...” kata Sinta terkejut “mau maling hati kamu” kata Ray gombal “Astaga, pagi – pagi udah gombal, aku serius nih kamu ngapain pagi – pagi gini ke sini ? “ kata Sinta penasaran “Mau jemput kamu” kata Ray “Aku dilarang...” belum selesai Sinta berbicara bundanya datang “Siapa bilang kamu di larang sayang ?” kata bunda “eh.. bunda “ kata Sinta “kamu boleh kok pergi bareng nak Ray, kasihan dia dari tadi nungguin kamu” kata bunda “ya sudah Sinta berangkat dulu ya bun, Assalamualaikum” kata Sinta sambil berpamita dengan Bundanya. Selama perjalanan tak ada perbincangan antara mereka berdua. Akhirnya Ray memulai berbincangan “Sin” kata Ray “Iya, ada apa Ray ?” kata Sinta “kamu kemarin bahagia gak ?” kata Ray bertanya “lumayan bahagia, emang ada apa ?” kata Sinta bingung “katanya kamu kemarin banyak masalah karena tak ada yang ingat ulang tahun kamu nah buktinya mereka ternyata bikin kejutan buat kamu” kata Ray, di perjalanan mereka berbincang dan bercanda tawa sampai akhirnya mereka tidak sadar jika mereka sudah sampai di sekolah. Mereka berdua menelusuri lorong sekolah  bersama – sama sampai akhirnya Rani dan geng lolipop melihat mereka “Aduh, makin hari mereka makin mesra” kata Vio “Aduh Vio” kata Jesika “Ran, lihat mereka masa sih mereka berdua bilang gak jadian buktinya mereka ke sekolah bareng” kata Sasha “Bener juga yang di bilang Sasha” kata Rani dalam hati. Tidak terasa bel tanda masuk berbunyi seluruh murid masuk ke kelas masing – masing, seperti biasa kelasnya Sinta pasti ribut dan tiba – tiba ketukan langkah kaki terdengar seisi kelas langsung duduk dengan rapi karena mereka yakin kalau itu langkah guru dan ternyata tidak salah lagi.
Tak terasa 1 bulan berlalu, hubungan persahabatan antara Sinta dan Rani belum juga akur. Makin lama Rani makin benci dengan Sinta dan Sinta berharap suatu saat Rani bisa sadar kalau semua ini hanya kesalah pahaman. Setiap pagi Ray selalu menjemput Sinta untuk ke sekolah, sama seperti hari ini. Sinta masih menunggu Ray di depan gerbang rumahnya, tidak lama Ray datang “Sorry telat tadi agak macet” kata Ray dengan keringat bercucuran di dahinya “gak papa, kamu keringatan” kata Sinta sambil mencari tissue dan mengelap dahi Ray, “Ya sudah kita berangkat takutnya nanti kita telat” kata Ray. Di perjalanan seperti biasanya hening tak ada suara dan pasti Ray yang selalu memulai percakapan sampai akhirnya mereka sampai di sekolah. Tiap hari mereka berjalan di kolidor sekolah berduaan. Tidak terasa bel masuk berbunyi ya seperti biasa murid – murid masuk ke kelas masing – masing dan memulai proses belajar mengajar. Tidak terasa bel istirahat berbunyi “Aduh capek juga ya duduk” kata Sinta “Iya, aku juga” kata Ray “Kita kekantin yuk” kata Sinta “Yuk”. Setiap jam istirahat mereka berdua ke kantin sedangkan Rani pergi menemui geng lolipop tidak sengaja Rani mendengar pembicaraan geng lolipop “Ini dia yang gue tunggu – tunggu, Rani udah mulai lebih percaya dengan kita dengan begitu gue lebih mudah dapatin Ray atau Alex” kata Sasha “Iya, dia jg percaya kata yang pernah gue tanya kalau Sinta nerimah Ray padahal tidak” kata Jesika “Jadi selama ini Sinta dan Ray tidak pacaran ini hanya akal – akalan mereka, aku harus minta maaf kepada mereka berdua” kata Rani sambil berlari mencari Sinta dan Ray dan akhirnya dia menemui mereka berdua di kantin “Sin, maafin aku selama ini, aku salah sama kamu, aku salah paham sama kamu dan Ray dan aku sudah tau yang sebenarnya” kata Rani sambil berlutut “Sudah sudah aku udah maafin sebelumnya” kata Sinta sambil tersenyum “Aku juga udah maafin kamu” kata Ray “Bahkan aku masih anggap kamu sahabat” kata Sinta “Makasih ya” kata Rani, akhirnya mereka baikan dan kembali bersahabatn. Tak terasa bel pulang berbunyi seluruh siswa siswi berhamburan keluar, geng lolipop menghampiri Rani “ehh... Rani kok kamu sama dia sih ?” kata Sasha bingung “Aku udah tau semuanya kalau selama ini kamu cuman mempermainkan aku” kata Rani langsung berlalu. Di tengah lapangan Ray menyatakan kembali perasaannya kepada Sinta dan Sinta menerimanya “Selamat ya sama kalian” kata Rani “Iya, Aku tau nanti suatu saat kamu punya pasangan kok” kata Sinta “Jadi kita langgar dong janji kita” kata Rani dan mereka semua tertawa tiba – tiba Alex datang dan menyatakan perasaannya kepada Rani bahwa selama ini dia diam – diam suka dengan Rani  dan akhirnya mereka jadian. Akhirnya mereka memiliki pasangan masing – masing sampai akhirnya mereka lanjut ke jenjang kuliah.....

SELESAI